Mohon tunggu...
Ogi Reza Pratama
Ogi Reza Pratama Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Prajabatan Jurusan PPKn, pernah menjadi operator dapodik sekolah

Saya Ogi Reza Pratama Mahasiswa PPG Prajabatan, Lulusan S1 di Universitas Pnacasakti Tegal Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, saya menyukai Sejarah dan bidang Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor, Dampak serta Upaya Pencegahan Bullying di Sekolah

13 Maret 2024   08:16 Diperbarui: 13 Maret 2024   08:32 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

FAKTOR, DAMPAK SERTA UPAYA PENCEGAHAN BULLYING DI SEKOLAH

Banyaknya insiden kasus bullying yang melibatkan anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan baik bagi orang tua maupun pendidik. Bullying di sekolah, menjadi hal yang ironis, di tempat belajar, dan mengembangkan kepribadian yang positif bagi anak-anak, menjadi hal yang menakutkannya.Bullying adalah kasus yang selalu ada dan tidak hanya terjadi di sekolah saja. Bullying adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, menimbulkan penderitaan, dan mengganggu ketenangan. Data kasus bullying menurt Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menyebutkan sebanyak 41% anak-anak Indonesia pernah menjadi korban bullying. Ini menjadikan Indonesia adalah negara dengan tingkat bullying terbesar urutan kedua di seluruh dunia, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Latitude News di 40 negara berbeda. Jepang, Indonesia, Kanada, Amerika Serikat, dan Finlandia melengkapi lima negara teratas dengan insiden bullying terbanyak.

Kasus bullying tidak hanya terjadi pada jenjang SMP dan SMA saja, tetapi sekolah dasar juga termasuk dalam hal ini. Dimana pelaku sering mengejek teman sekelasnya hingga korban berkeinginan untuk berhenti sekolah, menjauhi hubungan sosial, sering melamun (pemurung), bahkan bunuh diri. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian yang dilakukan Nauli pada 2017 yang menyatakan bahwa pada tanggal 15 Juli 2005 terdapat siswa SD berusia 13 tahun melakukan tindakan bunuh diri karena merasa malu dan frustasi akibat sering diejek.

Fakor terjadinya bullying ini diantaranya, yaitu perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, keluarga tidak rukun, situasi sekolah tidak harmonis, perbedaan karakter individu ataupun kelompok, adanya dendam/iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik, dan meningkatkan popularitas pelaku dalam ruang lingkup teman sebayanya.

Faktor Terjadinya Bullying

Kepribadian Individu

Perilaku agresif, kurangnya rasa simpati dan empati terhadap orang lain, tidak terbuka dalam mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat menalar efek berbahaya dari perilakunya.

Keluarga

Pelaku bullying sering berasal dari keluarga yang bermasalah. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika orangtua mengalami konflik dan menirunya kepada temannya. Pengabaian atau tidak adanya perhatian dirumah juga menjadi faktor yang menyebabkan remaja mencari perhatian di sekolah dengan menunjukkan kekuasaannya kepada teman yang lebih lemah. Penindasan tersebut dilakukan sebagai pelarian dari kekerasan dan hukuman berlebihan yang diterimanya dirumah. Orang tua melakukan kekerasan untuk menyelesaikan konflik sehingga anak yang terbiasa menerima hukuman fisik cenderung tidak mampu mengembangkan kepedulian dan empati kepada orang lain dan menjadi agresif ke teman sebaya. Pola asuh otoriter ini dikenali dengan memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan fisik dan psikologis pada anak. Pengabaian, kekerasan, tidak ada kepercayaan dari orang tua dan penolakan dari ibu juga beresiko meningkatkan perilaku bullying.

Sekolah

Pihak sekolah yang mengabaikan keberadaan bullying menyebabkan anak sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Faktor lainnya adalah kontribusi guru yang kurang maksimal dalam menangani permasalahan siswa, kurangnya perhatian guru, ketidakjelasan peraturan sekolah dan tindakan diskriminatif guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun