Belum lama ini, baca MIT Technology Review, publikasi terbitan MIT yang membahas tentang entrepreneur dan inovator dibawah umur 35 tahun.. Di situ dimuat opini2 dari mereka yang sukses berwirausaha dan bisnisnya beneran “jadi” sebelum mereka genap berusia 35 tahun.. Buat saya pribadi, sangat menarik melihat wirausaha dari beragam sudut pandang.. Karena, saya pikir, wirausaha itu memang hal yang aneh.. Yang tau teorinya, belajar beberapa semester, belum tentu beneran jadi pengusaha.. Bahkan jebolan kampus bisnis pun belum tentu jadi pebisnis.. Sebaliknya yang nggak tau teorinya sama sekali, nggak dapet pendidikan formal yang cukup, eeh malah ada, dan cukup banyak pula yang jadi pengusaha beneran.. Yang memutuskan langsung jadi pengusaha ada, yang awalnya jadi karyawan dulu terus baru jadi pengusaha juga ada, yang muda bisa, yang tua bisa.. Entrepreneurship seakan menjadi kue “absurd”, namun tetap “fair” yang bisa dimakan oleh siapapun yang mempersiapkan diri untuk memakannya..
Di artikel terbitan MIT itu juga ada yang menyebutkan, kalau Entrepreneurship itu seakan terkait dengan style atau gaya masing2 orang.. Maka dari itu kita bisa melihat pengusaha dengan beragam style.. Ada yang pake style spiritual, pake style nekat, pake style ngutang, style inovatif, kombinasi, dan lain sebagainya.. Sepertinya entrepreneurship itu bisa jadi adalah sebuah proses yang bisa dibilang kompleks sekaligus sederhana.. Karena, ada juga kok pengusaha yang memulai dan bermodalkan konsisten melakukan hal2 yang sederhana, eeh usahanya juga “jadi” beneran…
Entrepreneurship bukan sesuatu yang bisa dituliskan diatas kertas: “Kalo melakukan ini itu ini itu, lu bakal jadi entrepreneur..”.. Nggak seperti itu.. Meski tetap ada "kualitas2 umum” yang merupakan pembentuk dari entrepreneurship tersebut seperti: gerakan, ketegasan, dan pengabaianpada beberapa hal, atau peristiwa (termasuk rasa jenuh / bosan, serta kegagalan).. Ada juga yang bilang kewirausahaan itu soal mental & mindset.. Saya sudah melihat sendiri, orang2 yg banyak2 baca buku wirausaha, bahkan ikut2 training wirausaha sampai dikarantina segala, tapi mental & mindsetnya tetap nggak jadi pengusaha.. Memang benar itu, sebaik-baiknya perubahan, pada dasarnya adalah yang benar2 timbul dari dalam, bukan dari “luar”.. Faktor luar ( seperti bacaan, observasi, training, seminar, dan sejenisnya) itu merupakan faktor “input” yang dimasukkan ke dalam diri.. Dan kelanjutannya, kesemuanya tergantung pada apa yang dilakukan oleh “jeroan” diri ini pada “input” tersebut.. Input dari luar bagaikan bensin, “jeroan” di dalam diri bagaikan mesin.. Pertanyaannya, kita ini mesin dari mobil jenis apa ??..
Di dalam terbitan MIT yg saya sebut di awal postingan ini, ada opini yang saya suka, meskipun mungkin agak2 kontroversial.. Max Levchin, pendiri banyak perusahaan (termasuk PayPal), beropini bahwa entrepreneurship itu sesuatu yang NGGAK BISA DIAJARKAN.. Namun lebih kepada “flying blind”, dan secara konstan memproyeksikan kepercayaan diri tinggi yang ekstrim, serta meyakinkan diri kalo semuanya “is going to be just fine..”.. Jadi, secara mendasar, menurut Max, Entrepreneurship adalah“Continuous ability to suspend your own disbelief..”..
Kalau saya maknakan secara bebas, berarti: kemampuan untuk "menghancurkan" hal2 yang kita yakini kalo kita nih nggak bisa, atau kita ragukan, yang terus dilakukan secara berkelanjutan.. Waw, sungguh salah satu definisi entrepreneurship yang oke..!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H