Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Disiplin Diri

24 Januari 2024   09:30 Diperbarui: 24 Januari 2024   09:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dulu saya mengajar di kelas yang disiplin diri mahasiswanya parah. Gimana nggak parah, jadwal masuk jam 8, jam 8:30 kelas hanya berisi segelintir mahasiswa. Apalagi saat ada deadline tugas, makin molor deh masuk kelasnya. Bahkan ada sejumlah mahasiswa yang ‘lari dari kenyataan’, alias nggak masuk kelas gara-gara tugasnya belum kelar. 

Mungkin karena sebagian dari mereka ‘sadar’ bahwa mereka memang beneran parah, ada mahasiswa yang ngomong begini ke saya: “Mas, kasi materi tentang disiplin dong mas.”

Saya memang suka ‘menyelipkan’ materi attitude selain materi tentang mata kuliah desain yang saya ajarkan. Karena bila ingin menjadi desainer grafis yang oke, mereka harus punya attitude yang baik sebagai ‘perangkat’ pendukungnya. Karena seringkali desainer grafis di dalam pekerjaannya itu memang menjual karya desain ‘satu set’ dengan attitude desainernya.

Untuk disiplin diri, Menurut G.R Terry (1993), dalam “Prinsip-prinsip Manajemen”, disiplin merupakan suatu kemampuan yang muncul karena adanya kesadaran individu itu sendiri, ataupun karena adanya perintah atau tuntutan dari luar.

Wilhelm Hoffman di tahun 2013 pernah melakukan studi mengenai hal ini. Hasilnya: mereka yang punya disiplin diri bisa lebih mengatasi konflik-konflik dalam pencapaian target dan tujuan mereka. Mereka tidak mengizinkan pilihan-pilihannya didikte oleh perasaan. Mereka mampu membuat keputusan-keputusan rasional berdasarkan informasi yang didapat dalam keseharian mereka.

Dari sekian banyak tips menumbuhkan displin diri, saya suka dengan saran yang satu ini: “Kalahkan diri sendiri !”. Karena sepertinya ini cukup fundamental. Mengalahkan diri sendiri memerlukan pembelajaran panjang, dan harus rela melalui ‘Discomfort Training’.
Yah bayangkan aja, mestinya bisa enak-enak nongkrong, youtube-an, dan bermedsos-ria, eh harus mengerjakan tugas. Harusnya bisa enak tidur, eh mesti olahraga pagi. Mereka yang ingin memiliki disiplin diri yang bagus, harus rela mendobrak hal-hal nyaman dan enak di sekitar diri mereka sendiri. Tips ini sejalan sama pernyataan Plato: “The first and best victory is to conquer self”.

Mengalahkan diri sendiri juga perlu dominasi pengendalian akal seseorang. Dengan apa seseorang bisa mengalahkan perasaan seperti malas, menunda, dan sejenisnya? Tentu saja dengan akalnya. Menurut Buya Hamka, akal dan hawa itu ibarat joki dan kudanya. Akal yang seharusnya mengendalikan hawa / perasaan. Bosan, atau malas itu kan perasaan, ya harusnya dikalahkan oleh akal. Akal-lah yang membuat seseorang bisa berpikir sebab akibat dari tindakan, dan bukan perasaannya.

“Self-discipline begins with the mastery of your thoughts. If you don’t control what you think, you can’t control what you do. Simply, self-discipline enables you to think first and act afterward.” - Napoleon Hill

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun