Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kurang Piknik

10 Januari 2024   17:05 Diperbarui: 10 Januari 2024   17:37 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah lihat kan di medsos, ada orang nyinyir, uring-uringan sendiri, atau marah-marah sendiri nggak jelas, lantas oleh netizen diberi 'hantaman' kalimat: "Kurang piknik". Kalau kita meng-kategorikan piknik adalah liburan, kalimat ini ada benarnya. Mereka yang jarang liburan ternyata memang lebih rentan menjadi stress.

Brigid Schulte, penulis "Overwhelmed: Work, Love & Play When No One has the Time", juga Director of the Better Life Lab pernah melakukan riset tentang hal ini. Hasilnya; mereka yang nggak mengambil waktu untuk "OFF", alias liburan, akan lebih gampang sakit, kurang produktif, stress, dan lebih merasa cemas serta tertekan (depressed), yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pekerjaan mereka.

Schulte juga menyatakan: Produktivitas, kreativitas, pemunculan ide-ide baru, bukanlah milik mereka yang bekerja dengan jam-jam yang gila. Namun ada pada mereka yang 'keluar' dari keseharian mereka. Ini sejalan dengan teori kreativitas yang menyatakan: ide bagus sangat bisa muncul di saat kita sedang santai, dan tidak memikirkan topik / masalah tersebut.

Studi dari Kathleen Potempa (Profesor dari University of Michigan School of Nursing) juga menghasilkan kesimpulan yang sama: Liburan merupakan hal penting, karena bisa mengurangi efek fisik dari stress pada tubuh, dan juga me-recharge pikiran seseorang.

Ada juga studi jangka panjang dari Framingham Heart Study di tahun 1992. Meneliti sejumlah pekerja selama sekitar 20 tahun. Hasilnya: Pria yang nggak liburan, 30% lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung, dan untuk wanita, angkanya menjadi 50%. Potempa juga menyatakan; untuk kepentingan kesehatan, paling tidak sebaiknya liburan (panjang) itu setahun 2 kali. Namun banyak pakar juga menyatakan bahwa liburan yang pendek tapi sering itu juga bisa berdampak besar pada produktivitas.

Jadi sepertinya nggak perlu nunggu momen-momen libur panjang untuk tetap bisa 'refresh' dan mendapatkan manfaat dari liburan. Yang penting bisa benar-benar keluar dari rutinitas keseharian yang lantas tanpa sadar jadi bulanan atau bahkan tahunan. Bagaimanapun yang namanya liburan pasti butuh duit. Kalau mau frekuensinya sering tapi 'pendek', ya mesti pintar-pintar bikin "Low Budget Breaks". Yaah, misalnya menginap atau jalan-jalan ke tempat pariwisata yang deket dan murah meriah.

Jangan sampai memaksakan sering liburan supaya hati senang, eh malah jantungan pas liat saldo tabungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun