Pernah mengalami hal seperti ini ? Lagi asyik kerja atau “on-fire”, tiba-tiba terganggu notif dari Whatsappp, facebook, Instagram atau email promo situs belanja online. Lantas jadi 'terjebak', konsentrasi jadi berubah, dan akhirnya justru malah jadi asyik menindak lanjuti notif-notif tersebut. Daann, tauk-tauk udah jam pulang kantor.
Dari sebuah referensi, dikatakan bahwa manusia adalah makhluk reaktif, dia akan mudah bereaksi terhadap apapun yang mengusiknya. Serajin atau semalas apapun seseorang, sebenarnya organ yang ada di kepalanya, alias otaknya, tetaplah malas. Yes, otak memang diciptakan seperti itu supaya bisa menghemat energinya se-efisien mungkin. Otak manusia memang canggih, punya kemampuan super hebat, meski dengan energi kurang dari 13 watt.
Nah, yang jadi masalah, sebuah studi juga menyimpulkan kalau otak manusia itu lebih suka bereaksi terhadap hal-hal yang mudah. Pakar kreativitas Mihaly Csikszentmihalyi menyatakan bahwa kita sejatinya lebih kuat bereaksi / tertarik kuat banget pada hal-hal yang gampang, nyaman, dan sudah jadi kebiasaan. Kabar buruknya: untuk bisa melawan / melampaui kondisi tersebut bukanlah hal yang mudah.
Kenapa kok cuma 'bereaksi' bisa jadi masalah ? Karena jika dipikirkan lebih dalam, tindakan dengan dasar hanya sekedar 'bereaksi', biasanya bukanlah tindakan terbaik kita. Malah bisa dibilang kata “reacting” itu lawannya dari “control”. Saat seseorang bereaksi begitu saja pada sebuah stimulus tanpa momen berpikir lebih dahulu, seringkali aksinya adalah aksi mentah, tanpa memikirkannya dengan matang.
Pernah lihat tindakan share-share aneh atau hoax di medsos ? Ya itulah contoh dari aksi mentah. Salah satu alasannya, ya karena share itu gampang, tinggal klik, jadi deh. Dan memang ini yang pada dasarnya disukai oleh otak, karena ke-gampangan-nya.
Melihat notif, menelusuri wall facebook, berselancar di situs belanja online atau instagram, kesemuanya adalah hal yang gampang, dan sangat disukai oleh otak. Namun ada jebakan atas kegampangan yang disukai otak ini. Orang sering lupa jika terus menerus melakukan hal yang gampang, maka otak dan diri ini akan menjadi sulit untuk berkembang. Jadi perilaku otak kita yang malas dan mau nyamannya doang ini harus diwaspadai juga.
Terjawab sudah kenapa banyak orang yang malas berpikir, karena secara fisik, otak manusia itu memang males, sukanya nyaman dan status quo. Membaca pun membutuhkan proses berpikir, bukan sekedar reaksi, mungkin faktor ini juga yang bikin kita merasa berat untuk melakukan kegiatan rutin membaca. Lantas, supaya otak nggak malas gimana ?. Ya harus dilatih, dipaksa, dan dibiasakan untuk berpikir.
“The mind is just like a muscle - the more you exercise it, the stronger it gets and the more it can expand.” ― Idowu Koyenikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H