Mohon tunggu...
Lambok Manogi
Lambok Manogi Mohon Tunggu... -

#anak agribisnis , Fak. Pertanian Unsri (Universitas Sriwijaya) Pengalaman akan membuatmu mempunyai cerita dimasa depan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

About Me, You And The World #4

7 Februari 2014   06:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

D.Curhatan yang menggalaukan hati

Mengenang  masa  lalu  mungkin  perlu  tapi

Tidak  untuk  mengingatnya s ampai  kau  menangis.

Dua minggu berlalu tak terasa bagiku. Banyak kisah yang telah kusimpan dalam memori otakkku dan memori hatikku. Kalian tau, pelajaran sekolah mungkin bisa disimpan hanya dalam memori otk saja tapi yang kurasakan saat ini tak akan bisa hanya disimpan dalam memori otakku. Ini perlu disimpan dimemori hati juga karena ini sangat berhubungan dengan perasaan. Dua minggu juga bagiku merupakan waktu yang cukup cepat membuat kami semakin akrab. Perhatianya  padaku tak segan-segan dipublikasikan didepan teman-temannya. Mengajakkan beribadah dirumah Bapa di hari sabat juga dilakukannya. Bangaimana aku bisa merasa tidak nyaman berada didekatnya kalau dia terus-terrusan memberi perhatiaannya? Tentu aku takkan bisa melakukannya.

Pagi, siang, dan malam terus berlalu. Banyak cerita yang sudah ku lalui bersamanya dan tak akan terungkapkan . Biarkan itu jadi cerita kami berdua. Tersimpan dimemori hati kami masing-masing. Namun tidak cerita malam ini. Begitu menusuk jantungku. Si abang bercerita panjang lebar mengenai mantan pacarnya. Dia mencerikan bahwa cintanya pada mantannya masih begitu dalam. Jauh dilubuk hati rey masih tersimpan namanya. Tak akan ada nama lain selain namanya. Rey mencerikan padaku bangaimana mereka memulai hubungan ? Bangaimana mereka menjalani hubungan itu ? Apa saja rintangan yang mereka lalui ? semua itu terdengar jelas di telingaku. Masuk melalui gendang telingaku menjalar terus ke jantungku. Sesaat aku merasa dadaku berdebar kencang, tanganku gemetar, rasanya air mataku ingin menyucur deras tapi aku berusaha untuk menguasai diriku, membujuk hati kecil dan perasaanku untuk tenang. Aku tak ingin menangis didepan laki-laki ini. Pasti sangat memalukan.

“abang masih cinta sama kakak itu, bang ?, tanyaku ya lirih

“hei,.. kamu kenapa ? kok suaranya gitu, gez,. Sudahlah, aku gak pa-pa kok. Mungkin cinta bukan untuk kami. Apa mungkin cinta untuk kita ya, gez,.?” Jawab rey.

Apa ? aku sungguh terkejut dengan apa yan dikata  oleh laki-laki ini. Tolong, jangan beri aku harapan yang sia-sia padaku jika kau tak cinta aku. Jangan manfaatkan cinta.

“ hem... takdir tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan , kadang jauh berbeda. Aku juga pernah merasakan yang sama. Bukan karena aku putus dengan pacarku. Dulu, aku menyukai seseorang. Namanya irfan, dia baik, kami selalu bersama, sangat dekat. Aku menyukainya, bukan sebagai sahabat. Tapi ternyata dia menyukai sahabatku, sony. Ini menjadi bukti bahwa takdir tak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan.” Kataku.

“sudahlah, gez,.. kau gak mau kamu mengingat masa lalumu yang kelam dan bercerita panjang lebar padaku karna itu akan menyakiti hati kamu.” Katanya padaku.

Rey menyeka air mataku yang hampir jatuh.

“tak baik seorang perempuan menangis dihadapan seorang laki-laki, gez,.. apalagi dihadapanku karena itu akan menunjukkan sisi lemahmu yang cengeng. Mau apa aku jadi jatuh cinta karena air mata ini ?”, kata rey padaku sambil tertawa.

Apa yang dilakukan rey sungguh mencairkan suasana. Aku menjadi sedikit lupa akan kegalauan hatiku. Kami saling menatap kemudian tertawa bersama. Menyenangkan, membingungkan dan menyedihkan buat malam ini. Bercampur menjadi satu rangkaian yanng tak akan dapat kujelaskan dengan kata-kata.

****

Malam berlalu semakin larut. Dini hari menyambut kami berdua dengan suara kokokan ayam jantan milik penduduk sekitar.

“dengar,.. suara ayam udah nyambut kita. Mau gak membalas sambutannya ?” tanyanya padaku

Aku tertawa kecil, takut membangunkan orang-orang sekitarku.

“gimana cara kita membalas sambutan ayamnya, abang ?”, jawabku polos.

“emmh,..mungkin dengan berkokok lagi padanya. Gez mau gk berkokok kayak ayam ?”

“gak, bg,.. aku gak mau seperti ayam,.. gak akan pernah mau.”jawabku singkat.

Aku melihatnya dan si abang yang ramah ini juga balas menatapku. Sebentar kami diam dan kemudian terseyum.

Aku menutup mataku menarik nafasku perlahan dan mengeluarkannya perlahan. “dari dulu aku belum pernah merassakan angin malam seperti ini. Terasa dingin, tapi sejuk. Begitu menyenangkan rasanya tapi sangat menyakitkan dampaknya. Iyakan, bang ,..?”

“ya,.. begitulah,.. semua yang ada didunia ini selalu mempunyai dampak baik dan buruk. Tergantung kau menginginkan dampak apa yang lebih banyak dihidupmu, gez,. Sama seperti angin malam ini. Kau boleh menghirupnya tapi jangan terlalu lama karena kau pasti akan sakit.”

“biarkan aku menghirupnya terlalu lama bang karena aku yakin aku tak akan sakit untuk saat ini. Aku ingin terus menghirupnya sampai matahari terbit. Biarkan aku merasakannya ya, bang ,..?”

“hiruplah sesuka hatimu, gez,.. selagi kau bisa ,....”, jaawabnya tersenyum padaku.

Aku terus berkata dalam hatiku yang bersuka. Jangan biarkan ini pergi cepat. Biarkan aku merasakannya dengan seluruh hatiku dan menjadikannya sebagai kenangan indah yang selalu ku ingin, Tuhan.

****

Jarum jam terus saja berputar denngan detiknya. Memutar 360 terus menerus. Dia menyandarkan tubuhku ke bahunya. “sini,.. kalau mau tidur. Tidur aja,.. disini.”

Kalian tahu apa yang dilakukan seorang perempuan seperti aku yang sedang kebigungan karena membedakan bentuk perhatian persahabatan dan cinta ? ya,.. hanya ada satu,.. “menurut saja”. Gak ada yang lain selain itu. Pilihan hanya ada satu tidak lebih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun