Mohon tunggu...
Oga Purba
Oga Purba Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Setiap kuasa memberi makna pada kehidupan dan karena setiap kata punya kuasa, maka aku akan berkata-kata untuk memberi makna pada kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bekerja sama dengan Putra Daerah

3 Januari 2013   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah suatu ketika di Bandara Soekarno Hatta pada saat akan pulang cuti ke Papua, saya terkejut melihat reaksi seorang wanita pegawai bandara. Dia ketakutan untuk melakukan pemeriksaaan terhadap beberapa orang Papuan (orang papua)  yang suatu kebetulan ada di belakang saya hendak melakukan check in. Tampang mereka memang sangar. Kulit hitam legam, rambut keriting dan ada seorang rambutnya dicocang seperti rambut Bob Marley tampilannya. Dengan memakai celana pendek, sepatu safety dan kaca mata safety dia menenteng tas kecil sambil menyeret kopernya.


"Kamu aja yang periksa. serem..takut gue." Kata seorang wanita pegawai bandara kepada rekannya yang pria dengan berbisik. Dari wajah si wanita itu terlihat kesan takut dan ngeri melihat si Papuan yang baru saja melewati metal detector. Sang pegawai pria juga terlihat waspada.


Mungkin begitulah reaksi pada pandangan pertama orang-orang non papuan pada saat bertemu dengan orang papua. Tak bisa disalahkan memang karena tampang mereka keras dan tidak biasa dibanding suku-suku lain di Indonesia yang umumnya melanesia atau mongoloid, sehingga bagi orang yang tak mengenal, orang-orang ini patut dicurigai dan ditakuti.


Tapi berbeda dengan saya yang sudah empat tahun lebih bergaul dan mengenal mereka.  Mereka adalah orang-orang baik dan tulus, kadang polos.  Tidak semua orang tentunya, tetapi kebanyakan iya. Si bapak yang ditakuti di bandara tadi itu adalah salah satu pemilik perusahaan rekanan untuk perusahaan tempat saya bekerja. Dia orang yang baik walau pernah suatu saat kami hampir berantem karena salah paham, namun akhirnya setelah itu dia menaruh hormat pada saya setelah dia sadar bahwa dia yang salah. Dan saya juga salut pada dia atas ke-gentle-annya mengakui kesalahan. Tidak seperti kebanyakan pejabat Indonesia yang kedapatan bersalah, berlomba-lomba mencari pembenaran(bukan kebenaran) dan kambing hitam untuk ditumbalkan.


Sebagai seorang yang bekerja di bagian pembelian untuk perusahaan, sudah pastilah banyak perusahaan yang mencoba menemui saya untuk kesempatan bekerja sama sebagai supplier. Sebagai bagian dari kebijakan  perusahaan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama, maka saya pun menerima tawaran semua perusahaan ini untuk direview. Banyak perusahaan lokal yang dimiliki oleh putra daerah yang benar-benar mampu, namun tidak  sedikit juga yang datang hanya bermodalkan akte notaris untuk pendirian CV tetapi tak ada kantor, tidak ada karyawan dan tidak ada proses bisnis. Murni hanya keinginan berusaha dan mengharap perusahaan tempatku bekerja memberikan pekerjaan.


"Bapa...kita kan putra daerah, jadi harusnya Bapa bisa kasi kita pekerjaan. Jangan orang -orang pendatang terus yang dapat pekerjaan dan kita tidak." Inilah kalimat yang sering mereka utarakan.Lah..sayapun kan jadi bingung, kalau memang ga mampu, bagaimana mungkin perusahaan mau memberikan kepercayaan. Memang pada umumnya pendatang lebih mampu, mungkin karena tingkat pendidikan mereka yang lebih tinggi.Namun untuk para putra daerah yang mampu, perusahaan tidak pernah enggan untuk bekerja sama.


Bekerjasama dengan putra daerah memang ngeri-ngeri sedap seperti kata Soetan Batoegana. Bekerjasama dengan mereka akan memperkuat perusahaan. Bekerja sama dengan menjadikan mereka sebagai rekanan perusahaan akan mengubah mereka menjadi bagian dari perusahaan yang turut menjaga keberlangsungan perusahaan.  Tentulah para putra daerah ini tak ingin sumber keuangannya hancur. Akan tetapi ada juga ngerinya yaitu bila ternyata mereka tidak capable sehingga akan memperlambat kinerja perusahaan.


Putra daerah di setiap masing-masing daerah tentulah memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter inilah yang pertama harus dipelajari sebelum menentukan strategi yang tepat untuk  bekerja sama dengan mereka. Saya pernah dimaki-maki seorang pimpinan perusahaan rekanan karena penawaran yang diberikan tidak saya terima dan proses lebih lanjut karena harga yang dia berikan jauh  lebih mahal dibanding penawaran dari perusahaan lain. Dia mendatangi kantor saya sambil berteriak-teriak sehingga seisi kantor pun melihat ke arah ruangan kantor saya. Saya tidak terima lalu saya balas teriaki dia lebih keras lagi. Namun pada akhir cerita kami berdamai lagi dan dia bilang. " Begitulah karakter orang papua, kalau marah kita marah betul dan bicara keras- keras. Namun setelah itu kita damai dan tidak ada masalah. Bapa bekerja di Papua harus siap dengan itu." Saya jadi teringat perang suku yang sering terjadi di sini, dimana nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi,namun setelah itu damai dan seperti biasa lagi.


Mungkin ada benarnya yang dia katakan. Dimana di bumi dipijak disitu langit dijunjung. Kalau bekerja di daerah tertentu harus siap bekerja sama dengan budaya,pola pikir, dan karakter orang di daerah tersebut. Niscaya kerjama yang baik dapat dilakukan untuk kesuksesan  bersama. Niscaya...

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun