Kata receh saat ini cukup viral dikalangan anak muda untuk menggambarkan sebuah situasi atau keadaan yang bersifat remeh dan tak bernilai. Sedangkan dalam ranah ekonomi, uang receh adalah uang koin dengan nilai nominal dibawah 500 rupiah.Â
Saat ini existensi uang receh sudah amat jarang digunakan dalam aktifitas jual beli sehari-hari disekitar kita. Biasanya digunakan sebagai uang kembalian saat kita berbelanjaa ditoko modern yang secara system kerap mengakomodir keberadaan uang receh untuk transaksi diskon atau potongan harga unik. Â
Perkara uang receh kembalian ini pernah pula masuk sebagai isu pembicaraan banyak konsumen yang merasa dirugikan karena uang receh kembalian kerap digantikan dengan permen oleh kasir.Â
Uang receh memang jenis uang yang diterima dengan setengah hati karena bentuk fisiknya yang cukup memberatkan saku yang memilikinya. Bila dimasukkan kedalam dompet pria, uang receh bisa menyebakan dompet menjadi cepat rusak. Ibu-ibu yang kerap menerima uang receh lebih sering menempatkannya dalam pouch kecil khusus tempat uang receh.Â
Yang menyedihkan bagi saya adalah akhir-akhir ini saya kerap menemukan uang receh yang dibuang begitu saja dijalanan atau tempat lain karena barangkali sang pemilik tidak mau menyimpannya, atau juga dilokasi Pak Ogah sering bertugas juga terlihat banyak uang receh yang terkubur diaspal karena mereka tidak mau menerima uang receh yang diberikan oleh pengemudi.Â
Dalam fikiran saya terbersit, betapa sayangnya nya hal ini mengingat betapa panjangnya proses pembuatan uang receh dalam sebuah negara, dimulai dari tahap perencanaan, design, produksi hingga distribusi nya keseluruh masyarakat, eh tau-tau dibuang-buang begitu saja.Â
Ada juga yang berfikir lebih extreme, yaitu menimbang bahwa nilai fisik uang recek lebih mahal daripada nilai nominalnya, maka uang receh tersebut dibeli untuk dilebur dan diambil logamnya.
Memperhatikan hal ini, sejak beberapa tahun lalu saya bertekad memulai tindakan selamatkan uang receh dengan cara ; memungut setiap uang receh yang saya temukan dijalan, mengumpulkan semua uang receh setiap saya menerima kembalian dari setiap transaksi yang saya lakukan dan menebus kumpulan uang receh dari meja kerja teman-teman sekantor yang biasanya diletakkan didalam wadah kaleng atau botol.Â
Tantangan utama setiap memungut uang dijalan adalah berdamai dengan 'gengsi' karena tidak sedikit mata sinis yang melihat 'usaha' saya tersbut. Juga pertanyaan dari teman-teman kantor yang hendak kita tebus uang recehnya, hingga omelan istri karena saya mesti menyediakan wadah khusus yang menurut dia mengganggu.
Saya teringat saat masih bekerja disebuah perusahaan Department Store, betapa kelimpungannya bagian finance toko saat stock uang receh kosong. Sebab peraturan perusahaan dan pemerintah, bahwa kita Wajib memberikan kembalian semua transaksi dalam bentuk uang dan tidak boleh digantikan dengan alat tukar lain seperti permen dll.Â
Apalagi setiap menjelang hari raya, dimana penjualan toko sedang ramai-ramainya transaksi terjadi. Pihak toko akan menghubungi berbagai pihak selain bank sebagai alternatif penyedia uang receh, seperti ; pedagang pasar, warung kelontong, bahkan ada juga calo uang receh yang mendapat imbalan untuk setiap 1 juta uang receh yang disediakan.Â
Jadi uang receh yang saya kumpulkan ternyata akan menjadi amat berharga bagi beberapa bidang usaha dan disaat-saat event-event tertentu dinegeri ini. Hingga saat saya menawarkan menukarkan uang receh kepada beberapa pihak, dengan senang hati mereka menerimanya.Â
Walau untuk hal ini saya tidak mengambil imbalan apa-apa, namun bisa membantu orang lain dan tanpa terasa ternyata uang receh yang dikumpulkan bisa menjadi lumayan nominalnya saat ditukarkan. Memang report dan cukup berat saat membawanya untuk ditukarkan, namun terasa ringan dan menyenangkan saat membawa 'tukarannya' berjalan pulang. Â Â Â
Adapula pengalaman saya, tanpa sengaja seorang teman yang bekerja sebagai wedding organizer bercerita bahwa client mereka hendak mengadakan pesta pernikahan seacara adat dimana perlu uang receh sebagai sarana saweran. Lumayan juga jumlah uang receh yang diambil oleh mereka untuk acara tersebut.Â
Pengalaman paling berkesan adalah, suatu saat saya bener-bener bokek alisa cekak karena ndak ada uang disaku tersisa. Saya teringat punya tabungan recehan, dan segera saya tukarkan ke warung yang dengan senang hati menerimanya. Ternyata jumlahnya lumayan untuk bisa bertahan hingga duit nongol kemudian.Â
Teman-teman sekalian, himbauaan saya adalah mari kita menghargai uang receh berapapun nominalnya. Sebab sekecil apapun itu ada harganya bagi yang membutuhkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H