TikTok, aplikasi berbagi video pendek, kini sangat populer di kalangan remaja dan anak muda di Indonesia. Lebih dari 65 juta orang di Indonesia adalah pengguna aktif TikTok. Data menunjukkan bahwa TikTok telah menjadi bagian dari gaya hidup dan aktivitas sehari-hari anak muda modern.
Sayangnya, kecanduan TikTok remaja semakin memprihatinkan. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kecanduan scrolling TikTok yang berlebihan dikaitkan dengan efek buruk pada kesehatan mental, perbandingan sosial yang tidak sehat, gangguan pola tidur, dan penurunan fokus dan produktivitas. TikTok juga berdampak negatif dengan memaparkan konten berbahaya dan perilaku tidak mendidik kepada remaja yang sedang mencari identitas.
Para ahli psikologi memperingatkan bahwa karena remaja dan anak-anak tidak memiliki banyak kontrol diri, mereka sangat rentan terhadap kecanduan media sosial. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat harus berhati-hati dengan cara remaja menggunakan TikTok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna rata-rata menghabiskan lima puluh dua menit setiap hari untuk melihat atau membuka konten di TikTok. Mereka yang menjadi kecanduan mungkin menghabiskan lebih banyak, bahkan dua hingga tiga jam setiap hari.
Dalam hal pendidikan dan pekerjaan, durasi waktu berlebihan ini pasti akan mengganggu produktivitas. Menurut beberapa penelitian, menghabiskan terlalu banyak waktu di TikTok menurunkan prestasi akademik siswa dan mahasiswa. Kecanduan TikTok juga dapat memengaruhi produktivitas kerja dan mungkin mengurangi produktivitas karyawan perusahaan.
Selain itu, kecanduan TikTok juga dikaitkan dengan gangguan pola tidur dan kualitas tidur; penggunaannya yang berlebihan menjelang tidur seringkali menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia, meskipun tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental.
Seringkali, konten TikTok memberikan ekspektasi yang tidak realistis tentang kehidupan sosial dan penampilan seseorang. Akibat perbandingan sosial yang tidak sehat dengan sesama pengguna TikTok, kecanduan TikTok juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Selain itu, konten TikTok dianggap tidak mendidik dan bahkan mendorong perilaku berbahaya seperti seks bebas dan penyalahgunaan narkoba pada remaja yang sedang mencari identitas. Sangat jelas bahwa konten berbahaya ini sangat merugikan perkembangan kognitif dan etika generasi muda bangsa.
Aktivitas di TikTok yang melibatkan scroll atau membuka konten memang terlihat menyenangkan dan tidak terasa memakan banyak waktu, tetapi penggunaan yang berlebihan dan tidak terkontrol ternyata memiliki banyak efek negatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak jangka pendeknya meliputi penurunan produktivitas dan fokus, yang mengurangi kinerja akademik siswa dan karyawan. Selain itu, dapat mengganggu kualitas tidur dan pola tidur, yang menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
Sedangkan dampak jangka panjang yang lebih berbahaya adalah gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan yang disebabkan oleh perbandingan sosial yang tidak realistis di TikTok. Paparan konten berbahaya juga berpotensi merusak moralitas dan karakter generasi muda yang masih labil.