Mohon tunggu...
Tusiana Noor Alfisyahr
Tusiana Noor Alfisyahr Mohon Tunggu... -

ordinary woman. mother of two children. dreamer. jogja lover. writer wannabe :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

5 Hal paling Indonesia yang Aku Kangenin di Belanda

9 Mei 2011   21:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah setelah capek keliling-keliling aku dan beberapa teman berniat membeli lumpia di gerobak orang vietnam. Sebenarnya aku agak sedikit ragu.. lumpia ini beneran halal apa nggak. Mikir-mikir.. isinya ayam sih, tapi nggorengnya campur bahan lain atau nggak.. minyaknya pake minyak apa. Tapi berhubung rasa lapar telah begitu mendera di tengah hawa dingin yang menyiksa, ditambah profil lumpia di depan mata yang begitu menggoda (hehe), dengan membaca bismillah kumakan juga lumpia seharga 0.9 euro itu. Baru dua gigitan..tiba-tiba ada pemberitahuan dari bapak-bapak di sebelah (kayaknya orang Turki), "no eat.. no eat..!" . Refleks kami segera ber'hoek-hoek' di tengah jalan. Benar juga intuisiku. Yaah.. melayang deh 0.9 euro sia-sia.. Astaghfirullah.. Janji, lain kali harus lebih hati-hati.

Beberapa hari kemudian, kami nemu gerobak lumpia serupa bersertifikat halal. Harga lumpia per biji-nya 1 euro. Ada juga gerai ayam macam KFC yg bersertifikat halal, sepertinya milik orang Turki, judulnya Chicken Express. Setangkup beef burger dihargai 1 euro. Nikmat di mulut, kenyang di perut, nyaman di kantong, tenang di hati. Alhamdulillah...

4. Tukang tambal&pompa ban, bengkel pinggir jalan

Sebagai pengendara sepeda onthel di Rotterdam, ketenangan dan ketentraman batinku berada di level yang sangat rendah dibandingkan ketika berkarir sebagai pengendara motor di Jogja dan Makassar :D. Ya, meski keadaan lalu-lintas di Indonesia seringkali dicemooh -- yang ruwet-lah, sering macet, kacau-balau, dsb -- tapi bagiku keberadaan tukang tambal/pompa ban dan bengkel-bengkel kecil disepanjang jalan di Indonesia mengalahkan segala keteraturan sistem transportasi di sini (maafkan diriku yang naif ini, wahai para ahli urban management, transportation system, etc).

Tempo hari salah seorang teman terpaksa harus menginapkan sepeda di kampus gara-gara bannya kempes. Mau dituntun pulang, jaraknya lumayan bikin kaki gempor. Sementara di jalanan tidak ada satu pun penjual jasa pompa ban. Nggak terbayang kalo naik motor di sini ban motor tiba-tiba kempes di tengah jalan. Coba kalau TKP-nya berada di Jalan Kaliurang Km. 5 Yogyakarta.. tinggal dituntun dikit pasti nemu tukang tambal/pompa ban, atau bengkel-bengkel kecil di sepanjang jalan yang bisa nolongin.

5. Tukang becak

Di hari-hari awal sebagai new comer di Rotterdam dan belum punya sepeda, ke mana-mana aku selalu jalan kaki. Kalaupun naik tram/metro, untuk menuju halte / stasiun harus jalan kaki dulu. Kalau di Indonesia dulu terbiasa ke mana-mana naik motor dan jarang jalan kaki, di sini aku harus membiasakan diri berjalan kaki dengan irama cepat - beda dengan gaya jalan sewaktu di Indonesia, santai - supaya tidak membeku kedinginan di jalan. Semua orang di sini seperti dikejar setan, jalannya cepet-cepet banget. Ternyata bukan setan yang mengejar mereka, tapi terpaan hawa dingin yang mau nggak mau membuat kita harus bergerak cepat.

Program tour through Rotterdam di minggu pertama kuliah sempat membuatku tersiksa. Dipandu oleh mas bule yang ramah, perjalanan tour yang melewati beberapa landmark kota Rotterdam seperti Stadhuis (gedung pemerintahan), Cubic House/Kubus Woningen (deretan rumah berbentuk kubus yang melintang 45 derajat), Bibliotheek (perpustakaan kota), Maritiem Museum, Pathe (gedung bioskop), De Doelen (semacam tempat konser dan gedung pertemuan) serta beberapa tempat lainnya sempat membuat kakiku pegel sepegel-pegelnya. Kakiku rasanya sudah hampir patah ketika tour berakhir di Rotterdam Central Station. Padahal jarak stasiun ke Weenapad - ‘kos2an'ku - masih lumayan panjang untuk ditempuh dengan kondisi kaki yang mengharu-biru :D.

Deretan becak yang sedang menunggu penumpang di sepan Mirota Kampus terbayang di benakku. Ingat betapa bapak-bapak tukang becak itu sampe ketiduran di dalam becaknya. Oh pak tukang becak, really wish you were here...

Ya, itulah sebagian hal-hal yang sepertinya sepele di Indonesia, tapi benar-benar kurindukan kehadirannya di sini (cieee..). Sebenarnya masih ada lagi beberapa, seperti tukang jajan keliling (sebangsa sate, bakso,mie ayam, somay dan teman2nya.. pas banget buat ngganjal perut dengan praktis dan secepat kilat), penjual sayur keliling, tempat fotokopi dan cetak foto murah yg berjejeran sepanjang Selokan Mataram dan Jalan Kaliurang, tempat permak jeans (secara di sini pakaian yg dijual kebanyakan berukuran raksasa), tukang sol sepatu...

Indonesia, you're truly "user-friendly" for me..! Dan aku adalah wong ndeso paling Indonesia yang terdampar di Negara Londo :D

(Rotterdam, 19 Oktober 2010)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun