Mohon tunggu...
Tusiana Noor Alfisyahr
Tusiana Noor Alfisyahr Mohon Tunggu... -

ordinary woman. mother of two children. dreamer. jogja lover. writer wannabe :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

5 Hal paling Indonesia yang Aku Kangenin di Belanda

9 Mei 2011   21:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengen menuliskan 5 hal yang aku kangen dari Indonesia, yang paling Indonesia, yang nggak (belum?)bisa kutemukan di sini (tentu saja, hal ini di luar keluarga ya.. karena di atas segalanya, yang paling kurindukan adalah keluarga, terutama anak-anakku: Nadaa dan Hilmy).

1. Suara adzan life dari mesjid

Di Indonesia, suara adzan di waktu subuh kadang (sering? J) kuabaikan begitu saja karena posisi tidur lagi wuenak-wuenaknya, atau adegan mimpi sangatlah seru sehingga sayang kalau di-cut begitu saja :D. Adzan maghrib juga kadang lewat gara-gara sinetron Ketika Cinta Bertasbih misalnya (nah lho.. sinetron islami lho ini). Sedangkan alasan paling tepat untuk menunda sholat ketika adzan isya berkumandang adalah: rentang waktu untuk sholat isya yang panjang. Ujung-ujungnya sholat isya-lah diriku ini dengan terkantuk-kantuk karena mendahulukan kerjaan ‘yang lebih penting' (astaghfirullah.. jangan ditiru ya teman-teman :D).

Betapa sering mengabaikan suara adzan ketika di Indonesia. Padahal betapa beruntungnya aku kala itu karena selalu diingatkan untuk sholat 5 waktu. Nggak seperti di sini yang harus selalu buka-buka jadwal sholat dan berusaha mengingatnya.

Sekarang aku jadi lebih menyadari.. bahwa mendengar suara adzan subuh bersahut-sahutan di pagi hari ketika kita membuka mata adalah suatu anugerah. Indah banget. Allahu Akbar...

2. Toilet ‘basah'

Kayak lumpia semarang aja ya, ada yang basah - ada yg kering. Tapi suer, how I miss "Indonesian -style toilets" very much.. Toilet yang ada bak-nya, ada ember dan gayungnya, minimal ada slang air buat ‘bersih-bersih' lah. Di Londo sini toiletnya benar-benar kering kerontang. Nggak ada airnya, kecuali air di dalam kloset. Bahkan nggak ada floor drain-nya (itu lho, lubang-lubang di pojokan lantai untuk menyalurkan air buangan). Beruntung kalau di dalam toilet tersedia wastafel dengan kran airnya, aku bisa bilas-bilas dan bersuci dengan agak leluasa. Seringnya sih cuma ada toilet tissue. Diriku yang asli wong ndeso ini mana bisa c***k dengan kertas J. Be-a-ka aja repot, apalagi kalo be-a-be, wuaaahh.. masak dilap pake tisu doang.. :D

Nah, supaya bisa bersuci dengan aman-damai-sentosa di dalam toilet yang sepertinya tidak didesain khusus untukku ini (hehe), ke mana-mana aku selalu bawa botol aqua kosong, untuk diisi air di wastafel yg biasanya tersedia di luar pintu toilet (thanks to Tashneem atas idenya). Sementara di rumah, asesoris toilet kami lengkapi dengan pot penyiram bunga ukuran kecil untuk menampung air dari wastafel dan untuk membilas/'bersih-bersih'.

Tapi tetap saja, toilet-toilet yang kering en kinclong ini membuat kenikmatan dan kemerdekaan p***s rasanya jadi berkurang -- nggak bisa los, harus pinter-pinter ngatur ‘debit air' yang keluar, karena kalo jor-joran sampe keluar bunyi kayak lagi nggoreng tempe pastilah cairan kuning itu nyiprat ke sana ke mari dan mbleber ke mana-mana, menodai kesucian lantai toilet :D. Mana nggak ada floor drain-nya lagi.. air mau lari ke mana coba? Padahal nih ya, hawa Londo yang sekitar 5-7 derajat cukup sukses membuatku ‘beser', dan di toilet yang menyebalkan itu aku nggak bisa melepaskan hasrat dengan leluasa (hihi, bahasane kok ngeri). Beginilah nasib wong ndeso yang nekad keluyuran sampe ke Londo.. mau p***s aja ribet

3. Penjual gorengan

Pisang goreng, mendoan, tahu isi, bakwan dan teman-temannya pastilah nyam-nyam banget untuk dinikmati di tengah hawa dingin Rotterdam yang membuat frekuensi laparku menjadi berlipat dari biasanya. Sayangnya di sini nggak ada penjualnya. Mau bikin sendiri selain ribet, harga bahannya juga mahal (bilang aja males.. :D). Jenis gorengan yang dijual di sini yang paling sering kujumpai adalah lumpia&pastel ayam ala vietnam, ada juga kentang goreng sebangsa french fries tapi agak lebih besar-besar potongannya yang di sini disebut patat. Kedua jenis gorengan ini dijual di kedai-kedai portable di pinggir jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun