ARRRRCGGGHHHH!!!! Beberapa bulan ini sungguh menguras emosi mental dan jiwa. Berita, media sosial, meme, semua bikin stres dan baper (terbawa perasaan).
Kasus Almaidah 51, seolah tak berujung. Sejak beredarnya video penistaan agama oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, yang berujung aksi 1, aksi 2, aksi 3, hingga, pascaputusan pengadilan pun masih jadi masalah.
Buktinya, divonisnya Ahok tak lantas meredakan masalah. Pendukungnya tak terima sosok idola dihukum kurung 2 tahun.
Belum lagi kasus ulama Habib Riziek Syihab yang diduga melecehkan ideologi Pancasila. Lanjut lagi kasus screenshot chating whastapp-nya. Yang dituduh mesum itu loh.( Untuk ini, sempat memaksa saya jadi pakar telematika dadakan) Asli enggak ya, kok diblur? Duh, belum habis ya? Setelah ini apalagi ya?
Belum lagi melihat, kisruh di Pontianak, Kalimantan Barat, yang juga buntut kasus dua orang di atas. Walaa...asli bosan dan mengkhawatirkan. Akan jadi apa negeriku ini.
Hhhhmmm..masing-masing kubu tak lelah-lelahnya membela sang idolanya. Kemampuan debat lewat komentar dan postingan pun juga maksimal mereka lakukan. Semua mendadak jadi orator ulung. Menjelekkan lawan seakan dihalalkan. Semuanya ingin diakui benar. Sampai ngajak berantem via medsos pula. Tolong ampuni kami Tuhan!
Bagi masyarakat di luar mungkin biasa. Apalagi yang tidak tahu-menahu sosial media. Tetap adem ayem, yang penting dapur berkukus. Bagi saya, yang kerjanya pelototin media sosial, saban hari, ini cukup menyiksa. Menyiksa, untuk turut komentar tapi takut salah. Menyiksa karena tersinggung. Pokoknya menyiksalah.
Akhirnya saya putuskan ”ah sudahlah.. nonton drama korea saja.” Eh..giliran pecinta drama korea (drakor) yang "ngamuk". Serial drama berjudul Goblin, dijiplak sinetron Indonesia. Drakor Holic (istilah pecinta drama korea) pun meradang. Mereka tak terima pemeran drama idola mereka diperankan orang yang dinilai tidak cocok. Eeaaa..lalu saya harus apa?
Mungkin tulisan ini, tidak ada korelasi yang erat antarfenomena di atas. Tapi bolehkah, kita sekali saja skeptis dengan postingan di media sosial. Apalagi bagi postingan yang berpotensi memecah-belah. Bisakah menyikapi drama korea Goblin dengan ”suka silakan nonton. Tidak suka enggak nggak usah dicaci.”
”Enak saja ini soal akidah agama. Jangan disamakan dengan drama.”
”Ini politik bung.”