Piala Dunia sudah di depan mata. Triliunan uang akan mengalir ke Brasil. Dunia bisnis pun bergeliat. Tidak terkecuali bisnis pelacuran atau bisnis "esek-esek". Turnamen sepakbola terbesar dunia itu ternyata bukan hanya sekadar urusan 22 orang berebut si kulit bundar di lapangan hijau, tapi juga memberi peluang banyak pihak meraup untung, baik secara gelap maupun terang.
Infografik geliat bisnis piala dunia 2006 di Jerman. Dari sektor Pariwisata Jerman mampu meraup keuntungan sebesar USS400 juta atau setara Rp.4,8 triliun rupiah ditambah USS2 miliar atau Rp.24,2 triliun pendapatan dari sektor retail. Piala dunia 2010 di Afrika Selatan hanya mampu meraup keuntungan USS 513 juta atau Rp.6,2 triliun padahal target mereka adalah USS900 juta atau sekitar Rp.10,8 triliun. Sedangkan menurut badan wisata Brazil, Embratur, ada sekitar 600 ribu wisatawan asing yang akan bertandang ke Brasil selama perhelatan itu piala dunia. Mereka akan menghamburkan uangnya hingga US$11 miliar, atau setara Rp133 triliun. Bayangkan jika seperempat dari angka itu masuk ke bisnis prostitusi
Para pekerja seks di sana bahkan sudah menata dan mempersiapkan diri. Seperti dikutip Huffington Post, industri prostitusi menjadi salah satu magnet atau daya tarik penting di luar perhelatan Piala Dunia 2014. Presiden Aprosmig, Cida Vieira, sebuah Asosiasi Prostitusi Minas Gerais di Belo Horizonte misalnya menawarkan kepada sekitar 4.000 anggotanya untuk ikut les bahasa Inggris secara gratis dan berharap berharap les bahasa itu membuat anggotanya bisa lancar berbicara dengan para pelanggan asing. Jadi, tak perlu lagi pakai bahasa tarzan untuk kode urusan ranjang.
Persiapan untuk menjamu para pencicipi seks bahkan sudah dilakukan dari jauh hari. Misalnya untuk soal transaksi dibuat lebih mudah. Para pelanggan hidung belang betul-betul dimanjakan. Mereka bahkan tak harus membayar dengan uang tunai. Aprosmig bekerjasama dengan bank pemerintah Brasil, Caixa, menyediakan chip dan mesin PIN. Jadi, para pelanggan bisa membayar lewat cara debit atau kartu kredit. Kode transaksi itu juga dibuat serahasia mungkin. Jadi pelanggan tak perlu risau ketahuan. Misalnya, bank tak akan mencantumkan aktivitas esek-esek klien dalam tagihan. Program ini disebut Aprosmig sebagai “Enjoy Now, Pay Later” atau “Nikmati Sekarang, Bayar Belakangan”. “Dengan kerjasama ini klien bisa bersama para wanita lebih lama tanpa gangguan,”.
Piala Dunia 2014 memang menjanjikan laba sangat signifikan bagi ekonomi Brasil.Bagaimana dengan Indonesia yang memimpikan menjadi tuan rumah piala dunia? Apakah juga akan melutupkan bisnis gairah purba ini seperti yang dilegalkan oleh Brazil atau malah sumber pendapatan ini ditutup dan dihancurkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H