Mohon tunggu...
Unang Lukmanulhakim
Unang Lukmanulhakim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just a Human

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Garuda di Dadaku, Garuda Kebanggaanku!

2 April 2012   18:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda di dadaku, garuda kebangganku

kuyakin hari ini pasti menang

(netral)

Itulah sepenggal bait lagu garuda didadaku yang sekarang ini lagi banyak dinyanyikan demi mendukung timnas sepakbola kesayangan kita semua.

Namun, tahukah kamu tentang sejarah dipilihnya garuda sebagai lambang negara kita? nah, saya mau mencoba sedikit sharing informasi tentang hal tersebut.

Garuda Pancasilamerupakan lambang negara Indonesia dan nama sebuahlagu nasionalIndonesia. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dariPontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno. Garuda merupakan burung dalam mitologi Hindu, sedangkan Pancasila merupakan dasar filosofi negara Indonesia.

Siapakah Sultan Hamid II ?

Foto Sultan Hamid II

Sultan Hamid IIyang terlahir dengan nama 'Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulungSultan Pontianak;Sultan Syarif Muhammad Alkadrie(lahir diPontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 – meninggal diJakarta, 30 Maret 1978 pada umur 64 tahun) dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak diBatulayang. Beliau adalah Perancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Dalam tubuhnya mengalir darah Arab-Indonesia -- walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak --keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif menempuh pendidikanELSdiSukabumi, Pontianak,Yogyakarta, danBandung.HBSdi Bandung satu tahun,THSBandung tidak tamat, kemudianKMAdi Breda, Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuantentaraHindia Belanda. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatanAjudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuahpangkattertinggi sebagaiasistenratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Perumusan Lambang Negara (Garuda Pancasila)

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadiMenteri Negara Zonder Porto Foliodan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan namaPanitia Lencana Negaradi bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknisMuhammad Yaminsebagai ketua,Ki Hajar Dewantoro,M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, danRM Ngabehi Purbatjarakasebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan BungHattadalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut MenteriPriyonomelaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pitamerah putihmenjadipitaputih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari PartaiMasyumiuntuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifatmitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkanaspirasiyang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali - Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

Beberapa sketsa awal bentuk Garuda Pancasila

AG Pringgodigdodalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitanDepartemen Hankam,Pusat Sejarah ABRImenyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “'tidak berjambul”' seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum diHotel Des Indes,Jakartapada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapatdisposisiPresiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana,Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambahskalaukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung,Yayasan IdayuJakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan olehKraton Kadriyah, Pontianak.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II denganMasagung(1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Lantas apa sih burung garuda itu?

Garuda(Sanskerta:GaruḍadanBahasa PāliGarula) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu. Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi matahari.

Bangsa Jepang juga mengenal Garuda, yang mereka sebutKarura. Di Thailand disebut sebagaiKrutatauPha Krut.

Indonesia dan Thailand menggunakan Garuda sebagai lambang negara.

Garuda sebagai lambang negara Thailand

Garuda dalam mitologi Hindu

Lukisan Garuda versi Bali. Karya I Made Tlaga, seniman Bali abad ke-19. Sekarang lukisan ini disimpan di Universitas Leiden.

Garuda adalah seekor burung mitologis, setengah manusia setengah burung, wahana Wisnu. Ia adalah raja burung-burung dan merupakan keturunan Kaśyapa dan Winatā, salah seorang putri Dakṣa. Ia musuh bebuyutan para ular, sebuah sifat yang diwarisinya dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan sesama istri dan atasannya, yaitu Kadru, ibu para ular.

Sinar Garuda sangat terang sehingga para dewa mengiranya Agni (Dewa Api) dan memujanya. Garuda seringkali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan.

Ia memiliki putera bernama Sempati (Sampāti) dan istrinya adalah Unnati atau Wināyakā. Menurut kitabMahabharata, orang tuanya memberinya kebebasan untuk memangsa manusia, tetapi tidak boleh kaum brahmana. Suatu ketika, ia menelan seorang brahmana dan istrinya. Lalu tenggorokannya terbakar, kemudian ia muntahkan lagi.

Garuda dikatakan pernah mencuri amerta dari para dewa untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman Kadru. Kemudian Indra mengetahuinya dan bertempur hebat dengannya. Amerta dapat direbut kembali, tetapi Indra luka parah dankilatnya(bajra) menjadi rusak.

Nama-nama lain Garuda

Garuda memiliki banyak nama dan julukan. Di bawah ini disajikan nama-namanya berikut artinya:

  • Kaśyapi
  • Wainateya
  • Suparṇna
  • Garutmān
  • Dakṣāya
  • Śālmalin
  • Tārkṣya
  • Wināyaka

Nama-nama julukan

  • Sitānana, ‘wajah putih’.
  • Rakta-pakṣa, ‘sayap merah’.
  • Śweta-rohita, ‘sang putih merah’.
  • Suwarṇakāya, ‘tubuh emas’.
  • Gaganeśwara, ‘raja langit’.
  • Khageśwara, ‘raja burung’.
  • Nāgāntaka, ‘pembunuh naga’.
  • Pannaganāśana, ‘pembunuh naga’.
  • Sarpārāti, ‘musuh ular-ular’.
  • Taraswin, ‘yang cepat’.
  • Rasāyana, ‘yang bergerak cepat sebagai perak’.
  • Kāmachārin, ‘yang pergi sesukanya’.
  • Kāmāyus, ‘yang hidup dengan senang’.
  • Chirād, ‘makan banyak’.
  • Wiṣṇuratha, ‘kereta Wisnu’.
  • Amṛtāharaṇa, ‘pencuri amerta’.
  • Sudhāhara, ‘pencuri’
  • Surendrajit, ‘penakluk Indra’.
  • Bajrajit, ‘penakluk kilat’.

Nah, itulah sekilas tentang Garuda Pancasila. mudah-mudahan setelah mengetahui seluk beluk garuda, kita tambah semangat untuk menyemangati timnas sepakbola Indonesia, dan yang lebih penting kita tambah semangat untuk membangun negeri ini.

Source :

http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Pancasila

http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda

http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hamid_II

http://suciptoardi.wordpress.com/2008/08/12/asal-usul-lambang-negara-kita-burung-garuda/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun