NII ramai lagi, katanya KW 9. KW 1nya tidak tahu di mana.... Saya juga punya pengalaman buruk dengan NII. Saya tidak pernah bersentuhan dan digarap oleh NII yang kena garap malah anak saya.
Tahun 1999 anak perempuan saya yang ketiga masuk di UI (ilmu komputer). Dia sudah mulai berjilbab sejak masuk SMU 8. Waktu itu ada seragam pilihan, pendek dan panjang. Saya anjurkan yang panjang saja. Alhamdulillah dia memilih yang panjang menutup aurat.... Sejak di SMU sudah sering ada acara usrah...pengajian dengan teman-temannya.
Menjelang selesai kuliahnya smester 7 dia pernah meminta uang untuk ganti komputer temannya sewaktu di SMU 8 yang tersiram air minum. Ceriteranya, dia diminta bantuan mengajari temannya tersebut mengenai komputer. Sialnya casing komputer terbuka dan temannya menyimpan air minum di atasnya dan secara tidak sengaja air minum terebut tersenggol oleh anak saya. Hasilnya ya komputer rusak tidak bisa dipakai. Anak saya diminta untuk menggantinya.
Saya katakan kan kesalahan bukan hanya ada di anak saya, temannya pun ikut bersalah karena lalai. Jadi yang dengan penuh rasa tanggung jawab dan sukarela saya gantyi setengahnya saja. Ternyata temannya setuju. Saya bayar 1/2 harga komputer.
Setelah lulus dia sudah mulai bekerja dan mandiri. Pada suatu hari dia minta uang untuk proyek membuat program dengan teman-temannya. Saya cukup bangga dan senang sehingga saya kasih juga...... Tidak lama isteri saya mendapat info dari pacarnya bahwa anak saya ikut grup NII. Mungkin pacarnya diajak/direkrut tetapi tidak mempan. Saya panggil anak saya dan ngobrollah apa adanya (secara jujur dan terbuka). Dia mengakui keterlibatannya di NII dan berdasarkan penjelasan NI sedang membangun sekolah Islam di seluruh Indonesai, di antaranya di Aceh sehingga seluruh anggotanya diwajibkan berinfaq.
Ketika saya tanya kenapa tidak bilang-bilang dulu kepada saya. Jawabannya memang dipesankan untuk tidak bilang-bilang kepada siapa pun dulu. Padahal di rumah azas kebersamaa, keterbukaaan dan kejujuran saya tanamkan sejak kecil. Alhamdulillah anak-anak saya pada rukun-rukun dengan saudaranya. Saya tanya apakah kalau berhenti tidak ada ada ancaman dari mereka. Jawabannya tidak. Akhirnya saya bilang ya sudah berhenti saja dan dia pun terbebas dari NII.
Demikian pengalaman saya dengan anak saya sendiri yang pernah direkrut oleh NII. Semoga bermanfaat dan dapat meningkatkan kewaspadaan kita dalam men jaga buah hati kita dari sentuhan/jamahan tangan-tangan kotor orang-orang yang berkedok Islam (NII)...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H