Mohon tunggu...
Mang Oejank Indro
Mang Oejank Indro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya Hanya Orang Indonesia Biasa, Yang Belajar dan Bekerja Dengan Cara Indonesia. Untuk Benar-benar Menjadi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tridharma Perguruan Tinggi Vs Tut Wuri Handayani

1 Desember 2010   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:09 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perguruan tinggi, menurut KH. A. Sounhadji, M.A, Ph. D, adalah sebagai pusat intelektual dan pusat kebudayaan. Kerr. C, 1982 dalam "The use of University" memaparkan bahwa terjadi transformasi - perguruan tinggi - yang semula sebagai masyarakat master dan mahasiswa sehingga dinamakan universitas modern. Yaitu PT yang secara sadar berorientasi kepada penciptaan pengetahuan baru, yang mendorong tumbuhnya penelitian-penelitian kreatif dan bermanfaat. Pada tahun yang sama. Thellin, 1982, mengartikan PT adalah pusat pengembangan disiplin ilmu melalui program pasca sarjana, pelaksanaan seminar-seminar ilmiah, penelitian dan pengembangan, konsorium dan penerbitan jurnal-jurnal professional. Perguruan tinggi sebagai saga organisasi, suatu pemahaman kolektif terhadap aktifitas-aktifitas yang unik, didasarkan atas sejarah, norma-norma, tradisi dan nilai-nilai yang berkembang di dalam dan diluar negeri. Pendapat terakhir dikemukakan oleh Clark, 1986. Dari beberapa definisi tentang perguruan tinggi diatas, essensi tridharma perguruan tinggi - dengan tiga butir poin - di Indonesia sudah mewakili beberapa definisi diatas. Apa sebenarnya tridharma perguruan tinggi?

Tridharma Perguruan Tinggi

Dekade awal di abad-21, essensi tridharma PT, menurut penulis, masih mendapat tempat yang teduh di dalam "gerbong-gerbong" PT di Indonesia. Pemerintah sebagai lokomotif - dengan M. Nuh sebagai masinisnya - terbukti stabil melintasi rel pendidikan nasional. Selanjutnya rangkaian "gerbong" PT akan memasukli stasiun intelektualitas global. Lalu bagaimana essensi tridharma PT mampu menjadi "amunisi" menghadapi gempuran percaturan intelektualitas global? Siapkah SDM hasil "cetakan" PT nasional melakukan action? PT dan komponennya - termasuk mahasiswa, dosen, ilmuan, dan pemerintah - adalah jawabannya. Generasi muda bangsa adalah essensi objektif dari tridharma PT.

Dimulia dari tujuan pendidikan berdasarkan PP No. 60 tahun 1999 tentang PT pasal 1. Tujuan pendidikan yang pertama adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Kedua, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian serta mengupayahkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Tridharma perguruan tinggi (PT) memiliki tiga mata rantai. Pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Perkins, 1986, menjelaskan bahwa tridharma PT mengacu pada tiga aspek pendidikan - yang cenderung memasuki wilayah pendidikan dan pengajaran. Tiga aspek tersebut adalah aquicition (penggalian), transmission (pemindahan), dan application (penerapan). Ketiganya akan memiliki ketergantungan dan keterkaitan yang melengkapi.

Membicarakan tridharma PT, penulis lebih senang memosikan diri sebagai pelaku kebudayaan pendidikan - bukan berarti harus menjadi budayawan. PT sebagai multiversitas memang menjadi warehouse pendidikan yang didalamnya hidup masyarakat akademisi dan non akademisi. Di dalamnya bisa kita temukan mahasiswa, ilmuan, professional, non-akademis dan administrator. Selain itu, di dalam warehouse pendidikan juga berisikan corak dan "belang" kegiatan akademis. Dimulai dari pengajaran, memajukan pengetahuan, mengembangkan metode penelitian, memperluas kesadaran berbangsa, pengabdian kepada masyarakat. Mungkin masyarakat akademik dan non-akademik dewasa ini, dengan kegiatan di atas, belum semuanya bersinergi dengan baik. Prof. H. A. R. Tilaar menyodorkan "manifesto pendidikan nasional" untuk kembali melahirkan asas Tut Wuri Handayani. Dr. Willy Toisuta mengatakan bahwa kekacauan manajemen pendidikan nasional dewasa ini disebabkan pemerintah yang tidak mempunyai platform pendidikan nasional. Hal ini bisa jadi karena minimnya kesinambungan - juga evaluasi - dari kebijakan-kebijakan yang ada. Pejabat baru berarti kebijakan yang baru.

Tut Wuri Handayani

Pedagogik libertarian yang "diracik" Prof. H.A.R Tilaar merupakan prinsip yang "fitrah" dari asas pendidikan kita, Tut Wuri Handayani. Sehingga posisi pendidik sebagai pembimbing - yang selalu didepan - akan bergeser menjadi pendorong dari belakang, yaitu Tut Wuri Handayani itu sendiri.

Pendidikan tinggi yang digerakkan mahasiswa, menurut pandangan oppositional pedagogy tulisan Gregory Jay dan Gerald Graft, A Critique of Critical Pedagogy - yang saya kutip dari buku Prof. H.A.R Tilaar - menyatakan bahwa pendidikan tinggi mengusung harapan yang besar untuk menghasilkan manusia-manusia - maksudnya mahasiswa - Indonesia yang dapat berdiri sendiri, yang tidak dapat dihanyutkan tanpa arah oleh arus globalisasi atau kepentingan-kepentingan korporasi internasional.

Sudah saatnya mahasiswa Indonesia "ngaji" Tut Wuri Handayani serta memosisikan pendidikan didalam tradisi, tanpa harus berpandangan tradisional. Salah satu dari prinsip inside out yang ditawarkan Prof. H.A.R Tilaar mungkin wajib ditanamkan dalam jiwa mahasiswa Indonesia sekarang juga, yaitu proses belajar yang dialogis dengan menggunakan prinsip Tut Wuri Handayani yang mencakup tiga wilayah garapan; life sciences, natural sciences & technoloy, dan information sciences. Ketiga "lahan" garapan tersebut akan subur jika generasi mudanya mampu mengelola dengan baik. Namun "lahan" garapan tersebut akan puso apabila generasi penerusnya tidak mampu mengolah dengan baik. Dengan demikian, hardcore mahasiswa Indonesia yang Indonesia akan lahir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun