Kawanku menatap langit,
pada larik cahaya terakhir
dan nafasnya pun berkesah:
Dari kegelapan malam fajar datang,
Lembut menyegarkan dedaunan
Rapuh menyegarkan angin
Para mahluk bernyanyi akan keindahan warnanya yang lemah
Dan Pujangga berkidung:
Terlalu pagi untuk mencinta
Fajar pun tumbuh menjadi siang yang lamat
Kebesarannya mengeluhkan tanah
Keperkasaannya menyengsarakan udara
Para mahluk pun berserapah akan kekuatan warnanya
Dan Pujangga menyerapah:
Terlalu terik untuk mencinta
Siang pun surut menjadi senja
Hangatnya menjenuhkan gunung
Dinginnya menyuamkan laut
Seluruh mahkuk berbisik akan kehambaran warnanya
Dan Pujangga berseloroh:Â
Sudah terlambat untuk mencinta
Waktu menyeret senja menjadi petang
Kelemahannya menenangkan bumi
Keusurannya mendamaikan langit
Seluruh mahluj mengagum akan keterpesonaan warnanya
Dan Pujangga bersyair:
Cinta jangan menodainya
Malam pun datang,
Membawa matahari masuk ke dalam kegelapan
Tak dicari
Tak dikenang
Berlalu tanpa cinta Pujangga
- Jakarta, Kramat Sentiong;
  5-12-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H