Mohon tunggu...
Dwi Wahyudi Wijaya
Dwi Wahyudi Wijaya Mohon Tunggu... Petani -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melawan Warisan Penjajahan

2 Mei 2014   08:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah bangsa ini mencatat bahwa lebih dari tiga abad bangsa ini menjadi negara yang tertindas oleh penjajahan. Penjajahan belanda dan jepang pada waktu itu adalah fase dimana bangsa ini berada dalam fase terburuk dalam sejarah. Kebodohan, dibuat bergantung pada penjajah, tercerai-berai, dan kekayaan bangsa dikeruk untuk kepentingan penjajah. Ya itu fase paling ironis menurut saya dan tanpa disadari warisan buruk ini masih saja melekat pada bangsa ini. Hal ini sudah dibaca oleh Sukarno pada waktu itu yang menyerukan tentang mental lemah dan sedang diperjuangkan demi mencapai tujuan pancasila. Tapi sayang begitu rezim erde lama tumbang tidak pernah adalagi yang berani menyerukan sebuah investasi beresiko besar ini. Rezim orde baru adalah fase rusaknya bangsa ini dengan kebijakan pemerintah yang melarang apapun ya g berbau china muncul. Lagi-lagi trik penjajah yang diterapkan orde baru untuk membuat persatuan di bangsa ini renggang dan awal hancurnya bangsa ini sampai hari ini.

Bangsa ini begitu mudah diprovokasi dengan hal yang berbau SARA bukan? Ya warisan itulah peninggalan penjajah yang paling bahaya. Bukankah setiap penjajahan di seluruh du ia masuk untuk menjajah selalu menggunakan trik seperti ini? trik adu domba dengan isu SARA menjadi senjata paling ampuh untuk memecah belah, dan itulah yang selalu diserukan para pendiri bangsa ini dan juga generasi di atasnya. Sumpah Pemuda selalu mendengungkan satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air, yaitu Indonesia. Bagaimana hal itu bisa terwujud? Apakah dengan mudah langsung saja terwujud secara otomatis? Saya percaya tidak, butuh perjuangan dan pengorbanan sampai pada akhirnya kemerdekaan diraih dan pancasila disepakati secara mutlak oleh semua suku bangsa, semua agama dan semua elemen yang ada di bangsa ini.

Pancasila merupakan perwujudan visi dan ideologi bangsa ini untuk disegani dunia, dan Sukarno sudah membuktikannya walupun belum sepenuhnya berhasil. Pada masa sukarno, hal penting yang belum terwujud adalah masalah mental warisan penjajah. Terbukti dengan tulisan Sukarno yang pernah saya tulis dalam tulisan saya tentang "Revolusi Mental".

Salah satu alat yang kuat dalam melawan warisan penjajah tentang SARA adalah menyerukan revolusi mental. Revolusi mental yang negatif ke positif akan membuat bangsa ini kembali memperoleh harga dirinya dan kedaulatannya. Korupsi muncul, perpecahan muncul, dan segala yang buruk muncul dalam bangsa ini bukankah sumbernya dari mental yang negatif pula? Sangat jelas, seorang yang bermental positif tidak akan pernah melakukan hal yang negatif. Mengapa isu SARA begitu mudah menyulut emosi? Karena mental kita sudah salah dalam menanggapinya. Dan lagi-lagi mental selalu lahir dari sebuah kata fokus, apa fokusmu menentukan bagaimana mental dan kualitasmu.

Dari semua elemen dan semua profesi, revolusi mental harus diperjuangkan siapapun presidennya. Karena tanpa itu susah buat bangsa ini berjaya. Misal seorang pengusaha, kalau mentalnya buruk, ya tidak akan mungkin pernah pedulikan kesejahteraan karyawan dan membayar pajak dengan benar. Seorang karyawan tidak akan pernah bisa bekerja dengan maksimal sesuai kapasitasnya tanpa mental yang positif. Contoh lain lagi adalah para pejabat, tidak akan pernah mereka beraih korupsi dan memperjuangkan kepentingan rakyat yang terkandung dalam pancasila tanpa mental yang poaitif. Percayalah, kebutuhan mendesak bangsa ini adalah pemebentukan mental yang positif, bukan hanha sekedar pemenuhuan kesejahteraan.

Tanpa mental yang positif, tidak akan mungkin seorang Warga Negara Indonesia mampu mencintai produk dalam negeri, apalagi bangga. Tidak akan mungkin pengusaha, karyawan, buruh, dan apapun profesimu bisa menghadapi AFTA bila tidak disertai mental yang positif. Dengan kata lain MENTAL BANGSA INI BAIK POSITIF MAUPUN NEGATIF AKAN MENENTUKAN BAGAIMANA KEDAULATAN BANGSA INDONESIA DI MATA DUNIA. Positif atau negatif merupakan pilihan, positif akan membuat bangsa ini kuat dan kembali diaegani, negatif akan membuat kedaulatan bangsa ini dilecehkan bangsa lain. Positif merupakan hal yang sangat susah dikerjakan dan tidak bisa hanya dengan satu atau dua periode, tapi perlu secara terus menerus diserukan dan ditularkan dari generai ke generasi, dan itulah hal ini saya sebut investasi jangka panjang dengan reaiko besar. Negatif bisa dikerjakan dengan mudah, cukup sebarkan isu SARA, maka dengan sendirinya bangsa ini akan datang kada kehancuran.

LAWAN WARISAN PENJAJAH DENGAN REVOLUSI MENTAL. KARENA HARGA DIRIMU DAN BANGSAMU TIDAK BISA HANYA DIUKUR DARI KESEJAHTERAANMU SEMATA, TAPI BAGAIMANA MENTALMU JAUH MEMPUNYAI PERAN PENTING DALAM MEMPERTAHANKAN HARGA DIRI DAN KEDAULATAN BANGSA INDONESIA.

Laskar Banyuwangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun