Mohon tunggu...
Dwi Wahyudi Wijaya
Dwi Wahyudi Wijaya Mohon Tunggu... Petani -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Revolusi Mental

29 April 2014   08:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum saya mengulas tentang apa yang saya tahu tentang revolusi mental, saya akan kutip perkataan Bung Karno yang dicantumkan di dalam sebuah buku karangan Samuel Tumanggor dengan judul "memandu Bangsa", penerbit satu-satu dalam halaman 156


Memang tidak kurang-kuranglah kita mendengar cacian "inlander seperti kebo","inlander goblok","inlander bodo, kalau ga' ada kita modar lu,"... bahaya yang paling besar dan bencana yang paling merusak adalah sistim yang tak pedot-pedot, yang tak terhambat-hambat menginjeksikan kepada rakyat kami racun kepercayaan "kamu inlander bodo, kamu modar modar kalau tidak kami tuntun" itu. Sebab injeksi ini lama-lama "makan"! Berabad-abad kami dinjeksi mendapat cekokan "inlander bodo", berabad-abad kami diinjeksi rasa kurang karat, turun-menurun kami menerima sistim ini,- ketambahan lagi kami ditetapkan "rendah" dan ditetapkan "kecil"... dipadam-padamkan segenap segenap enersi kami, sekarang percayalah kebanyakan bangsa kami, bahwa kami sesungguhnya, memang adalah bangsa kurang karat yang tidak bisa apa-apa! Hilanglah tiap-tiap kepercayaan atas kebiasaan sendiri, hilanglah tiap-tiap rasa kegagahan, hilanglah tiap-tiap rasa percaya pada diri sendiri dan keperwiraan. Kami, sediakala adalah bangsa yang ikut menjunjung tinggi obor kebudayaan timur dan kebesaran timur, yang dulu begitu insyaf akan kebiasaan diri dan kepandaian diri, kami sekarang menjadi rakyat yang sama sekali hilang keinsafan itu, kami menjadilah rakyat yang mengira, ya, percaya, bahwa kami memang rakyat yang "inferieur". Kini di mana-mana terdengar kesah : "yah, kami memang bodo, kalau tidak ada bangsa eropah, bagaimana kami bisa hidup!".

Ya sepenggal kisah peninggalan penjajah yang sampai sekarang begitu melekat kuat di bangsa ini. Sejak jaman Bung Karno mental bangsa bodoh diperangi sampai akhirnya hilang ditelan bumi sejak munculnya masa orde baru. Seiring berjalannya waktu yang berganti presiden, tidak ada satupun yang berani muncul menyuarakan tentang "mental". Hingga beberapa hari lalu ada salah satu calon presiden dengan visinya revolusi mental, yang saya yakini bahwa apa yang beliau paparkan tidak lepas dari pemikiran Bung Karno dan juga kondisi penting yang harus dibenahi untuk menyambut Indonesia yang jaya. Dan istliah mental ini sudah saya nantikan sejak jaman saya sma, dan akhirnya ada lagi orang yang peduli akan hal ini. Ini mujizat!

Ada beberapa hal yang saya renungkan akan pentingnya merubah mental warisan penjajah tersebut. Yang pertama saya lihat dari sudut pandang bisnis. Bukankah manusia sekarang menjadi aset yang paling bagus untuk memaksimalkan sumber daya yang lain? Ya, itulah mengapa revolusi mental ini begitu penting, karena segala kekayaan bangsa ini tidak akan pernah bisa maksimal tanpa ada sumber daya manusia yang memiki mental yang kuat. Hancurnya mental karena warisan penjajah adalah tidak pernah bisa bangga menggunakan hasil bangsa sendri, dan tidak mampunya mayoritas manusia Indonesia bersaing dengan asing. Bagaimana kita menghadapi afta dengan kondisi mental seperti ini?

Hal kedua adalah revolusi mental bersifat investasi jangka panjang. Tidak mudah memerangi warisan penjajah yang sudah turun-menurun sekian ratus tahun ini. Hal ini saya masukkan dalam investasi, karena mau tidak mau kita butuh namanya manusia untuk membangun sesuatu, bukan hanya dengan satu super hero suatu hal bisa selesai. Dunia nyata tidak mengenal istilah super hero di dalam film. Bahkan sebuah perusahaan membutuhkan karyawan bukan? Tidak mungkin seorang bos bisa menyelesaikan semua tugas yang ada. Karyawan menjadi elemen penting untuk memaksimalkan semua potensi sumber daya ya g ada di dalam perusahaan. Dan masalahnya tidak selesai sampai di sini, seiring perjalanan waktu setiap bidang usaha selalu diperhadapkan dengan persaingan bisnis. Untuk memenagkan persaingan, salah satu langkah kita adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya bukan? Ya itulah yang saya sebut investasi jangka panjang, dan hal ini berlaku pada bangsa Indonesia ini. Maksimalnya semua potensi yang ada di bangsa ini bukan hanya terletak pada kesejahteraan masyarakatnya, bukan terletak pada pemenuhan kebutuhan primernya semata, tapi jauh di atas itu mental yang benar menjadi dasar paling penting untuk mewujudkannya.

Hal ketiga adalah masalah perjuangan. Sebuah perjuangan untuk membuat bangsa Indonesia disegani kembali sebagai macan asia tidak akan bisa hanya diperjuangkan dengan mental warisan penjajah yang jelas sudah meremehkan diri sendiri. Sampai kapanpun Indonesia tidak akan bisa menjadi macan asia kembali sebelum pulih dari mental bodoh, mental bergantung pada asing, dan mental pecundangnya.

Pemulihan mental tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi butuh perjuangan yang terus-menerus sampai pada tujuannnya terpenuhi yaitu menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani dunia. Itulah mengapa saya sebut investasi jangka panjang, karena belum tentu berhasil dalam satu atau dua periode. Dan kabar baiknya sekarang belum terlambat untuk menyerukan revolusi mental, minimal pencapaian revolusi mental adalah mempersiapkan bangsa ini menghadapi afta, karena kegagalan kita dalam hal ini akan membuat kedaulatan bangsa ini akan dilecehkan bangsa lain karena kualitas sumber daya manusia.

HANYA DENGAN PEMULIHAN MENTAL, BANGSA INI BISA MENJADI BANGSA YANG DISEGANI DUNIA.

Laskar Banyuwangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun