Darfur merupakan sebuah wilayah yang terletak di bagian Barat Sudan, Sudan merupakan negara yang paling luas wilayahnya di benua Afrika, 60% penduduknya terdiri dari berbagai suku negro yang dapat dikelompokan dalam kelompok suku Nilotik dan Nilo Hamitik seperti suku Dinka, Shiluka, Nuer, Zande dan Nuba yang mendiami wilayah selatan yang memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga tanahnya lebih suburdan potensial untuk pertanian.
Sedangkan 40% lainnya terdiri dari bangsa Arab, yang tinggal di wilayah utara bersama etnik Afrika lainnya seperti suku Beja, Fur dan Nubia, yang merupakan daerah gurun dengan curah hujan yang rendah. Dengan 70% penduduknya mayoritas beragama islam, sedangkan sekitar 20-25% menganut kepercayaan setempat (animisme dan dinamisme) dan sekitar 5-10% menganut agama kristen. Suku – suku bangsa yang mendiami wilayah Sudan Selatan juga terdapat di Ethiopia, Uganda dan Kongo.
Untuk menghadai konflik di Darfur Pemerintah mengerahkan pasukan militer Popular Defense Force (PDF) sejenis penjaga keamanan/hansip yang dilatih selama dua tahun. Untuk memperkuat PDF ini pemerintah merekut pula kelompok miltian Arab Janjawaheed yang pro pemerintah dan terkenal akan kekejamannya atas aksi biadabnya terhadap etnis Afrika di Darfur. Oleh karena itu pada umumnya mereka adalah mantan narapidana, maka mereka mau direkrut dengan harapan suatu saat mereka dapat menjadi tentara Sudan. Namun yang namanya manatan narapidana dengan kesempatan yang diberikan mereka malah mempergunakannya untuk melakukan pembunuhan secara kejam, memperkosa wanita, membakar rumah penduduk dan menjarah harta mereka, ssehingga mendapat perhatian serius dari masyarakat internasional seperti PBB, AU dan IGAD.
Namun tidak dapat dipungkiri konflik etnis yang terjadi di darfur juga mempunyai beberapa faktor diantaranya Kepentingan Asing Sudan, atau yang memiliki nama resmi Republik Sudan, adalah salah satu negara yang terletak di Afrika Utara (Afrika Timur Laut) sekaligus merupakan negara terbesar di Afrika . Tahun 1956 setelah merdeka dari Mesir dan Inggris,Sudan tidak pernah menikmati stabilitas politik dan terus diguncang perang saudara selama empat dekade terakhir. Jutaan orang tewas karena perang dan kelaparan dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal mereka. Awalnya, konflik disebabkan oleh faktor agama karena Islam fundamentalis yang diterapkan oleh pemerintah pusat ditentang oleh penduduk selatan yang mayoritas Kristen dan animis yang lebih menginginkan pemerintahan sekuler. Selain itu, kesenjangan ekonomi dan sosial juga merupakan pemicu perang saudara itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H