Mohon tunggu...
Udayana Sucitra
Udayana Sucitra Mohon Tunggu... -

PARAMADINA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran IAEA dalam Pengayaan Nuklir Iran

16 Januari 2011   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekhnologi nuklir merupakan sumber energi alternatif baru yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Namun energi yang dihasilkan dari pengayaan uranium ini dapat juga digunakan sebagai bahan peledak atau persenjataan militer.

Dewasa ini perkembangan tekhnologi nuklir yang dimanfaatkan sebagai senjata telah mengancam perdamaian dunia. Senjata nuklir ini dimiliki oleh negara- negara besar seperti AS, China, dan Rusia. Namun tidak menutup kemungkinan ada negara- negara lain yang diam- diam melakukan proyek pengembangan senjata nuklir secara ilegal.

Negara yang ditengarai sedang mengembangkan persenjataan nuklir ini salah satunya adalah Iran. Iran dipimpin oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang memiliki ambisi nuklir. Selama ini Iran mengaku memanfaatkan pengayaan energi nuklir dengan tujuan damai, yaitu sebagai alternatif pembangkit listrik. Namun kecurigaan dunia internasional terhadap negara ini begitu besar. Kecurigaan tersebut terutama muncul dari AS. Padahal pada masa Shah Iran, proyek nuklir Iran mendapat dukugan penuh dari AS yang saat itu dipimpin Presiden Gerald Ford dan kemudian mencapai puncaknya pada masa Jimmy Carter. AS terus mendesak Iran untuk menghentikan seluruh kegiatan pengayaan uranium di Iran dan mengancam akan mengadukan Iran pada Dewan Keamanan PBB.. Akan tetapi Iran bersikeras bahwa kegiatan yang dilakukannya adalah murni bertujuan damai yaitu untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk industrinya yang semakin meningkat.

Untuk mengawasi perkembangan nuklir, PBB membentuk International Atomic Energy Agency (IAEA) yang bertugas mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan pengayaan uranium untuk sumber energi. Badan ini aktif mengawasi kegiatan- kegiatan pemanfaatan energi energi nuklir. IAEA aktif menginspeksi fasilitas- fasilitas nuklir yang dibangun Iran.

Tahun 2003, Iran menandatangani protokol dan mematuhinya selama lebih dari dua tahun. Tapi, negara-negara besar di dunia terus berusaha membawa isu nuklir Iran ke Dewan Keamanan PBB, dengan tujuan agar Iran mendapatkan sanksi atas program nuklirnya.

Pada tahun 2006, Iran merencanakan menambah jumlah mesin sentrifugal mencapai 164 unit. Namun kemudian Presiden Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan akan membangun mesin ini jauh lebih banyak dari jumlah sebelumnya yaitu 60.000 unit yang diperlukan untuk proses pengayaan uranium.

IAEA terus merilis hasil dari pengamatannya terhadap kegiatan nuklir di Iran. Banyak temuan yang memberatkan Iran dan menguatkan dugaan Barat. Namun di lain waktu,IAEA berbalik mengeluarkan peryataan yang menguntungkan Iran dengan mengatakan bahwa kegiatan pengayaan nuklir Iran memang bertujuan damai karena jumlah pengayaan uranium yang dilakukan negara ini tidak cukup untuk membuat bom. Iran memperkaya uraniumnya hanya 5%, sangat jauh apabila pengayaan uranium yang dilakukan untuk tujuan militer yaitu 90%.

Melihat laporan- laporan yang dikeluarkan IAEA, apakah penilaian dan hasil- hasil yang didapat dari pemeriksaan itu bersifat obyektif tanpa diboncengi kepentingan AS dan sekutunya, karena IAEA adalah bentukan PBB, dan seperti kita ketahui bersama bahwa PBB berada dalam kekuasaan AS? Apakah Iran akan mengalami hal yang sama dengan Irak dengan melihat ke kejadian di Irak yang lalu, di mana IAEA telah melaporkan bahwa negara di bawah kekuasaan rezim Saddam Husein itu tidak terbukti memiliki senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan Barat, namun AS tetap melakukan penyerbuan dengan alasan senjata pemusnah massal dan menggulingkan pemerintahan Saddam Husein. Dan belakangan AS meminta maaf dan mengumumkan pada dunia bahwa tidak ditemukannya senjata tersebut dan informasi yang mereka gunakan sebagai alasan penyerbuan merupakan sebuah kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun