Barangkali sebuah kesialan bagi anak manusia jika harus merasakan rindu kepada seseorang sedangkan orang yang dirindui tidak merindukannya. Mantap. Bagaimana rasanya? Jangan ditanyalah! Hanya membuat hati kian membara! Dan, kali ini, kenapa harus aku?! Sudah beberapa kali aku harus merasakan bagaimana menahan rindu dan bongkahan rinduku luluh lantah!?
Tahukah kalian kepada siapa aku merindu, kini? Bukan! Bukan kepada wanita yang baru ku temui. Tapi, aku sedang dihempas badai rindu kepada sang gadis! Gadisku teman rasa kekasih! Dan, kubiarkan kali ini jemari menuangkan secarik surat rindu untuknya; Gadisku!
Telah lama ku simpan
Ternyata ku tak sanggup
Tak sanggup tak membuka
Walau telah ku paksa
Di hati ini
Tertulis sebuah kata
Kata sederhana
Yang mungkin tak bermakna apa-apa
Hanya satu buah kata yang muncul
Barangkali hanya kata usang
Tak berubah hingga petang
"Rindu"
Kupejamkan mataku
Wajahmu muncul
Kau tersenyum ke arahku
Terbesit…
Rasa ingin memburu
Mengejar senyuman itu
Namun semakin menjauh
Akh,
Tak usah kupikir lagi
Kau hanya mimpi yang sirna
Tak mungkin ku raih
Kusimpan rasa ini di ujung resah
Pada hujan petang yang basah
Sejumlah doa terbesit di alam mimpi
Terucap tanpa terasa.
Apa kabar Gadisku? Aku harus jujur, dikala rindu menghampiriku, dua hal yang kurasakan; bahagia dan benci! Bahagia karena bisa mengenang masa-masa indah dan awal mula pertemuan kita. Dan setelahnya benci! Benci karena harus mengenang atau tepatnya menerima kenyataan bahwa kita harus berpisah. Aku sadar betul, setiap pertemuan pasti ada perpisahan! Tapi sudahlah jangan dibahas. Aku mau melepas rindu saja kali ini.
O ya, aku harap kamu dalam keadaan baik, sehat, begitu juga dengan kedua orang tuamu serta adik adikmu. Bagaimana studimu? Bentar lagi skripsi kan?? Lalu lulus, ya? Ergh- Kalau udah lulus bentar lagi nikah, ya? Sama siapa? Kapan ? Aku diundang nggak?
Eeeehh Ganti topik ya !!
Kamu masih ingat?! Kita pernah sepakat, bahwa kita akan selalu cerita jika terjadi pergolakan isi hati. Aku mau bilang, kalau beberapa hari yang lalu aku masih saja mengenang mu. Tahu tidak ?! Banyak wanita lain yang hadir dalam hidupku tapi kamu tau kamu yang selalu hadir disetiap kali raga ini merindu. Sesekali memang aku sangat terpesona dengannya. Tapi. Aku justru malah berbalik rindu kepadamu! Bingung? Sama! Saya menempel fotomu di dinding kamar,lagi. Agar saya lebih leluasa memandang indahnya dirimu.Sungguh indah, dan selalu indah.Sama indahnya saat saya baru membuka mata dan disambut bintang fajar,dan tetap indah ketika saya menutup mata setelah mengalami hari yang demikian buruknya.
Kutulis surat ini karna kerinduan ini menerpa terhadap kamu gadisku, semoga kau ingat berbagai moment yang selalu kita lalui bersama saat itu kau masih memakai putih abu abu hingga saat ini kau begitu dewasa yang sebentar lagi memakai Toga sebagai wisudawati terbaik dari kampus negri Jakarta.
Aku rindu hey gadis rindu saat kita bersama menghabiskan waktu mencari buku, bermain air di sudut selatan jakarta dan bersama habiskan waktu menjelajahi taman yg berisi binatang binatang atau saat kita bersama melihat bintang bintang di suatu planetarium jakarta, kau tersenyum manis manis sekali hingga manis nya masih terasa saat ini.
Gadisku, aku membaca beberapa bait syair dari Jalaluddin Rumi yang berkaitan dengan isi hati. Jika isinya itu bunga, maka pasti harum dan indah. Jika isinya bangkai, maka pasti busuk aromanya. Syahdan, dalam Al Hikam aku jumpai sebait kalimat, bahwa kalimat yang terucap dari mulut adalah cerminan dari hati si pengucapnya! Intinya, kita dituntut untuk jujur! Cinta ya Cinta! Benci ya Benci! Rindu ya Rindu! Jangan bohong!
Kini kau dengan duniamu dan calon imanmu selamat gadisku. Semoga berbahagia.