Belajar dari sejarah, kita pasti mengingat kejayaan pasukan baret merah kita, Kopassus dalam membebaskan sandera dari dalam pesawat Garuda DC-9 Woyla yang mendarat di Bandara Don Muang, Saat itu Muangthai dan sekarang bernama Thailand. Operasi itu dipimpin oleh salah satu prajurit terbaik kopassus yaitu Letnan Kolonel Sintong Panjaitan dibantu beberapa perwira yang juga lihai beroperasi yaitu Kapten Herman Rante dan Ahmad Kirang.
Nama baik pasukan sandhi yudha kita pun tetap dipertahankan hingga pertengahan 1995 saat sebuah tim expedisi yang masuk ke distrik Mapenduma di Papua disandera oleh sekelompok bersenjata. Operasi itu dipimpin oleh seorang prajurit komando yang juga tak kalah terkenal, Kapten Prabowo.
Lalu kemana pasukan terbaik saat sekarang terjadi pembajakan di Somalia ? Semua meyakini bahwa sebagai prajurit sejati sebenarnya Kopassus pasti gregetan melihat kejadian ini. Tetapi, sehebat apapun sebuah pasukan khusus di belahan dunia manapun, ia tak lebih adalah sebuah institusi yang dikendalikan secara politis. Banyak pula yang bilang bahwa mereka adalah pengaman kepentingan politik, digerakkan dan dihentikan, direkrut dan dipensiunkan, ditunjang kesejahteraan atau ditahan dalam sebuah sistem politik.
Dari sudut pandang inilah saya memandang bahwa keterlambatan pemerintah, kelembekan pemerintah dalam menangani masalah Somalia ini tidak bisa disalahkan dari sisi perangkat militernya. Tetapi, bagaimana presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata yang juga satu-satunya orang di negara ini yang berhak memutuskan perang atau damai dan yang dikatakan bahwa telunjuknya saja dapat membuat suatu mobilisasi umum.
Kopassus, Marinir atau pasukan khusus apapun pada dasarnya sama seperti tentara yang lain. Yang akan duduk menunggu perintah untuk bertugas, perintah adalah penggerak utama tindakan militer. Tanpa perintah, tentara akan tetap statik. Karena perintah atasan yang membuat tentara dinamik, jadi saya rasa magasen setiap prajurit telah terisi, sepatu mereka telah terikat, Helm mereka telah dikencangkan, dan pisau komando mereka telah tersarung rapat dipinggang mereka sejak lama.
Tetapi kalau perintah belum dikeluarkan ? mereka tetap diam di markas, atau mungkin membuat video layaknya polisi gorontalo itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI