bisik-bisik malam, tetes sisa hujan sore tadi gemerincing lonceng, semuanya memainkan irama menyejukkan hati. namun tiba-tiba bising mengetuk-ngetuk darah, nanah, yang lantar berlari ke segala arah, menyerobot paksa keluar lewat pori-pori.
duniapun mati suri, henti sejenak, kudapati aku berada pada keterasingan. membangun kekosongan, kabut datang, terpenjara aku di dalamnya. dimana aku sekarang? ruang dan waktu kosong. terkulai, kembali dalam kamar, khayalku mimpi buruk, entah kenapa, siapa salah, takdirkah?
aku berbaring, terkulai, tiada daya, masih di kamar, masih di kamar, masih di kamar, sungguh!! sungguh-sungguh, aku masih di sini.
dzikir alam, dzikir semesta, masih?
(1991)
-----------
MAAF
: Bagi istriku
20 tahun jalan bersama
sejak awal pengakuan
menempuh perjalanan
tak tahu kapan dan dimana
berakhir
ikatan terjalin
mencumbui hari-hari
semakin sempurna
telah terlahir
anak-anak kita
Pada titik ini
membuka rekaman
dan kutahu
ku tak pernah merayu
apalagi memujamu
Sungguh
tak berani kukatakan
kau bagaikan bintang
karena kutahu itu tak kan teraih
tak berani kukatakan
kau bagaikan matahari,
karena kutahu
panasnya tak sanggup tertahan
tak berani kukatakan
kau bagaikan bulan
karena kutahu
cahayanya hanya bayang
tak berani kukatakan
kau bunga aku adalah kumbang
karena aku terlalu bodoh
untuk menghayati diri sebagai bunga dan kumbang