Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

A Tribute To Widjaja dalam Malam Sastra Malioboro

11 Februari 2012   19:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A TRIBUTE TO WIDJAJA, DALAM MALAM SASTRA MALIOBORO Odi Shalahuddin

Widjaja, dalam profil ringkas yang disusun oleh Latief Noor Rochman, untuk kepentingan acara Malam Sastra Malioboro edisi ke XIV, dikenal sebagai seniman multi bidang (ketoprak, wayang orang, lukis, teater, film, lawak, ludruk, tari, dll). Ia yang dilahirkan pada tanggal 28 Pebruari 1927, dari pasangan Raden Wedono Guno Pradonggo dengan Rr Sutinah, menjadi salah satu anak yang mewarisi darah seni ayahnya. Dua saudaranya yang lain, juga dikenal dalam jagad kesenian di Indonesia. Kakaknya, Hardjomuljo, dikenal sebagai pelawak terkenal dengan nama Atmonadi, dan adiknya Kirdjomuljo dikenal sebagia penyair, pelukis, sekaligus penulis naskah drama.

Widjaya sudah bergabung dengan Sandiwara Rakyat Indonesia (SRI) pimpinan Usmar Ismail pada tahun 1947 saat usianya 20 tahun, dan semakin mematangkan bakatnya yang telah berteater ketika berumur 15 tahun.

Bapak dari sembilan anak dari perkawinannya dengan Siti Zaenah yang pada masa hidupnya bekerja di Bidang Kesenian Kanwil P & K DIY, membina banyak kelompok kesenian, seperti kelompok Ketoprak, Wayang Orang, keroncong, tari, ludruk, teater dan film. Ia juga pernah menjadi Ketua Persatuan Artis Humor (Pamor) Yogya, Pimpinan Lawak “Kawan Rakyat”, Pimpinan Komedi “Kalang Kabut” dan pimpinan Sanggar Lawak Yogyakarta. Ia juga menjadi Ketua Persatuan Artis Film (Parfi) Yogya selama 31 tahun (1956-1987), dan sempat bermain dalam sekitar 80-an film.

Widjaja yang meninggal pada tanggal 8 Desember 2000, memiliki kredo yang menginspirasi para sahabat dan murid-muridnya: Hidup adalah perjuangan. Tak Mau berjuang adalah kematian.

Kiprahnya dalam berbagai jenis kesenian, mendorong Paguyuban Sastrawan Mataram (PSM) mengangkat tema “A Tribute to Widjaja” dalam acara rutin yang mereka selenggarakan sebulan sekali, yaitu Malam Sastra Malioboro edisi ke XIV.

1328987948970026872
1328987948970026872
Acara yang berlangsung pada tanggal 11 Pebruari ini, bertempat di titik nol, di ujung selatan depan pagar Istana Agung. Para sahabat dan kerabat, para seniman dan para pengunjung di titik nol, mendengarkan kesaksian-kesaksian mengenai dirinya, dan menikmati rangkaian acara seperti musik, lawak dan pembacaan puisi. Acara yang dipandu oleh Bambang dan Novi Pristiani Dewi ini berlangsung semarak.

Lik Suyanto, seorang seniman tradisional yang kini sering terlibat dalam produksi film dan mengaku belajar kesenian dari Azwar AN dan WS Rendra, mengungkapkan pengalamannya ketika Malioboro masih sering menjadi ruang pertemuan bagi para seniman. “Banyak seniman yang muncul. Tapi saya, ya, Cuma tukang jual rokok,” katanya yang dilanjutkan dengan membacakan puisi Iman Budhi Santosa yakni Orang-orang Malioboro 1969. Mengenai Widjaja, ia menyatakan sosok itulah yang pertama kali mengajaknya main film. “Saya diajak main, waktu itu di Sasana Hinggil tempatnya (shooting),”

[caption id="attachment_162197" align="alignright" width="300" caption="Dewo PLO"]

1328988013564630657
1328988013564630657
[/caption] Dewo PLO, yang dikenal sebagai MC dan pelawak juga banyak menceritakan pengalamannya bersama Widjaja yang juga menjadi dosennya itu. “Tapi yang saya ingat tentang ajarannya adalah, kita harus selalu acting. Lantaran acting itulah yang membuat saya banyak selamat dan seperti sekarang ini,”

Berikutnya, Dewo PLO memanggil rekan-rekannya yang dikenal sebagai pelawak, dan tawa-pun sering bergema di antara para hadirin mendengarkan lawakan-lawakan mereka.

Kemeriahan terasa menjadi dengan hadirnya Jupe di tengah acara ini. Ia-pun didaulat untuk naik ke panggung dan diminta membaca puisi. Dari buku yang diserahkan salah seorang anggota panitia, ia memilih puisi “Sajak Pembuat Topeng” karya Krishna Miharja. Selanjutnya didaulat pula untuk memberikan doorprize kepada penonton.

Penampilan menarik lainnya adalah pembacaan puisi Anisa Afsal dari Sukabumi,  Arieoyoko  dari Bojonegoro , dan Isti anggota DPRD DIY, serta beberapa penyair lainnya.

Yogyakarta, 12 Pebruari 2012

Tentang Malam Sastra Malioboro dapat dilihat di : Menikmati Malam Sastra Malioboro

_________________________________

[caption id="attachment_162198" align="aligncenter" width="300" caption="Lik Suyanto"]

13289880781232854046
13289880781232854046
[/caption]
132898814418712929
132898814418712929
13289881931460809305
13289881931460809305
132898823572673695
132898823572673695
1328988271599804615
1328988271599804615
1328988304577832193
1328988304577832193
13289883311771467321
13289883311771467321
13289883611765226942
13289883611765226942

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun