Beberapa kali berhalangan untuk hadir dalam acara Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan oleh Rumah Budaya Tembi, pada tanggal 26 April saya merasa senang memiliki kesempatan untuk menyaksikan penampilan para penyair yang melaunching buku-bukunya.
Launching buku sastra khususnya puisi memang diagendakan oleh Rumah Budaya Tembi. “Setiap empat bulan sekali, acara khusus untuk launching buku,” demikian suatu hari dikatakan oleh Ons Untoro, tokoh yang memainkan peranan penting sebagai penggerak SBP sehingga telah memasuki putaran ke 20.
SBP dapat dikatakan sebagai salah satu ruang ekspresi bagi para penyair. Para penyair dari berbagai angkatan pernah hadir dan membacakan puisi-puisinya di acara SBP. Tidak hanya yang tinggal di Yogyakarta saja, melainkan para penyair dari berbagai kota lainnya.
Nah, pada acara yang saya hadiri, tajuk dari SBP putaran ke 20 ini adalah Launching Antologi Puisi Penyair Tiga Kota. Riries dari Jakarta dengan bukunya “Mencintaimu Adalah Takdirku”, Ouda Teda Ena, dosen Universitas Sanata Dharma yang juga dikenal sebagai pelukis dari Yogyakarta yang baru saja kembali setelah menyelesaikan studinya di Amerika menyapa dengan buku Perempuan dalam Almari, Kelana Siwi Kristyaningtyas, bersama para penyair dari Kendal menghimpun diri dalam buku “Sogokan untuk Tuhan”, dan penyair senior Yogyakarta yang masih terus berkarya hingga saat ini, Imam Budi Santoso dengan bukunya “Ziarah Tanah Jawa”
[caption id="attachment_251695" align="aligncenter" width="300" caption="Ouda Teda membacakan tiga puisi diiringi gesekan biola dari anak seorang kompasianer juga"]
Hal menyenangkan bagi saya adalah bertemu kawan-kawan yang aktif menulis di Kompasiana atau dikenal sebagai Kompasianer. Diantaranya adalah Endah Raharjo dan Bowo Bagus, serta kawan-kawan dari komunitas Canting dan Komunitas Kamprets. Kehadiran mereka tampaknya untuk menyaksikan penampilan Bung Ouda Teda, salah seorang kompasianer yang tentunya merupakan sosok yang tidak asing lagi bagi kita semua.
Selain penyair yang namanya telah disebutkan di atas, turut membacakan puisi yang termuat dalam kumpulan puisi yang dilaunching, adalah Wage, penyair Semarang yang kini bermukin di Purwokerto, Bahrul Ulum dari Kendal, Evy Idawati penyair Yogyakarta, Umi Khulsum penyair yang setia meramaikan setiap perhelatan SBP, dan juga beberapa orang asing dari Australia.
Acara yang dipandu oleh Ons Untoro ini, juga dimeriakan oleh penampilan musikalisasi puisi dari komunitas SARKEM.
Ah, sayang, cuaca yang cerah saat itu, perhelatan acaranya tidak di ruang teater di halaman belakang, melainkan di pendopo depan Rumah Budaya Tembi. Dan sayang pula, baru malam ini saya bergerak untuk menuliskan dan mempostingnya..
Yogyakarta, 2 Mei 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H