Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Walaupun Tersakiti, Aku Tetap Cinta Indonesia Hingga Hari Ini

26 November 2011   02:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:11 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“indonesia raya
merdeka, merdeka
hiduplah indonesia raya….”

pada setiap upacara dan pada saat kemenangan teraih. hanya itukah ia bergema? kemana saat hari-hari terjalani? gema merdeka yang semakin sayup terdengar dari bilik-bilik kekuasaan. pun saat bicara tentang rencana-rencana pembangunan. merdeka berkebalikan makna. menjadi merdeka berbuat apa saja utamanya memainkan angka-angka yang bisa terbagi rata selagi kuasa terjaga. para wakil rakyat ikut juga bersama. keringat mengalir bukan dari kerja, melainkan keletihan atas pesta-pesta tak berkesudahan. bencana! Sedang keriuhan di luar dinding istana dianggap sebagai etalase atas negara demokratis dari sebuah bangsa bersahaja yang juga harus dipelihara. “sesuai aturan dan etika, tak mengapa,” pernyataan resmi. lantas perubahan didamba, dapatkah tercipta?

“padamu negeri kami berjanji
padamu negeri kami berbakti..”

terlupa diri. semangat berbagi, menjadi korupsi. merajalela. jujur ajur, kata yang selalu saja terbukti. di tengah hujan janji-janji yang tak pernah tertepati. padamu negeri kami korupsi. padamu negeri kami mencuri. menjelma tikus-tikus yang menggerogoti. lumbung-lumbung negeri.

“dari sabang sampai merauke
berjajar pulau-pulau
sambung menyambung menjadi satu
itulah indonesia…

ibu pertiwi yang merebah telah banyak tersakiti dari perkosaan ekplorasi dan eksploitasi kekayaan isi bumi tak berkesudahan. tak pernah terpuaskan sampai intisari-nya benar-benar lenyap. gunung-gunung didatarkan. hutan-hutan rindu akan rimbun pepohonan. ikan-ikan gundah akan jarring raksasa dan kangen bermain dengan mata pancing. Sejarah yang selalu terulang. petak-petak yang dibuat hanya dari peta. atau pandang mata dari udara. terbagi-bagi. tanpa perduli manusia-manusia berada di dalamnya. tercipta kisah-kisah orang yang terusir dari tanah kelahirannya. bertanya bertahan dan melawan. dianggap sebagai pemberontakan dan harus dimusnahkan?

“mereka di rampas haknya
tergusur dan lapar...”

kota. semakin bercahaya. Kehidupan tanpa batas antara siang dan malam. selalu hadir irama kerja menjadi karya berbaur pesta pora. apalagi di ibukota. delapanpuluh prosen uang berada. tak mengherankan apabila membangun pesona. melahirkan mimpi-mimpi dan menjadi asa, bagi segenap upaya menciptakan perubahan hidup dari orang-orang yang kehilangan daya kehidupan di desa dan belantara. ketika nilai dibuat sama. kesejahteraan dihitung dengan angka-angka. tapi luput memperhitungkan hakekat manusia. terhitung bagai hewan yang bertahan dan bekerja. buruh-buruh murah menjadi andalan. bersaing dengan irama mesin-mesin yang tak padam. mencari sisa-sisa. terlempar pada ruang-ruang jalanan, pinggiran rel, pinggiran kali, dan kolong-kolong jembatan. makhluk bernama tak bernama yang ternama. sebagai wajah lain dari sang pesolek yang mengganggu keindahan wajahnya. sehingga terus diburu, digusur, dibuang, dan menjadi entah.

”indonesia kaya raya
mengapa aku menderita...”

indonesia. kaya raya. bukan hanya cerita atau dongengan belaka. tapi memanglah nyata. terbagi untuk semua? itulah soalnya.hanya sebagian kecil sebagai penikmatnya. penguasa, pengusaha yang bisa bekerjasama bergerak bagai mafia. sedang jutaan rakyat jelata, masih saja menderita.

“...di jalanan, kami sandarkan cita-cita
sebab di rumah, tak ada lagi yang bisa dipercaya...”

semangat kecintaan terhadap indonesia. tidak harus selalu dengan memberi puja. mengingatkan kepada para penguasa. satu cara. kecintaan terhadap bangsa dan negara. sungguh, harus kita bedakan dari kepala. antara penguasa dan negara. penguasa adalah penerima mandat untuk mengelola negara. menciptakan bangsa yang adil dan sejahtera. bekerja, bekerja, bekerja untuk kepentingan semua. tatkala wakil rakyat tak bisa lagi dipercaya. membawa suara-suara rakyat jelata. maka bukanlah kesalahan yang berdosa. ketika massa hadir di jalanan membawa gema merdeka untuk mengingatkan. tapi masih saja ada tangan-tangan kekuasaan memainkannya. menjerumuskan menjadi kerusuhan. betapa biadabnya.

indonesia. indonesia. indonesia. apapun yang terjadi. bagaimanapun rupamu. aku tetap mencintaimu sepenuh hati hingga hari ini. tetap gemakan suara-suara merdeka.

Odi Shalahuddin
Yogyakarta, 26 November 2011

Lagu Indonesia Raya, Lagu Kebanggsaan Indonesia karya WR Supratman

Lagu Padamu Negeri karya Kusbini

Lagu Dari Sabang Sampai Merauke karya R. Suharjo

Lagu Darah Juang karya Johnsoni Tobing (dkk)

Lagu Anak Indonesia karya Yayak Iskra

Lagu Bongkar karya Iwan Fals

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun