[caption id="attachment_367492" align="aligncenter" width="653" caption="KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA"][/caption]
Oleh Odios Arminto
Pantangan atau pamali itu bukan reka-rekaan. Ia bisa benar, bisa juga hanya sekadar peringatan awal agar kita terhindar dari suatu bahaya. Contohnya, kalau kalian naik gunung berapi, hindari berada di posisi atau arah angin bertiup, karena asap beracun yang berasal dari kawah bisa mendatangkan maut.
Begitu juga dengan profesi komedian atau pelawak atau comic. Profesi ini sebaiknya juga jangan terlalu sering naik gunung berapi, apalagi pake nyoba-nyoba nyemplung ke dalam kawah yang panas dan menggelora, dijamin kelucuannya akan hilang.
13 Pantangan yang Harus Dihindari Komedian
1.Jangan nekad tampil di atas panggung terbuka kalau naskah belum siap. Apalagi panggung terbuka itu sedang menggelar acara dangdut semalam suntuk. Cara menyiapkan naskah juga jangan asal naskah, misal puisi, cerpen atau cerita bersambung. Cukup opini lucu, pendek-penduk saja, tapi mengena.
2.Saat naskah sudah beres. Anda perlu ngetes kemampuan membawakan materi. Jangan bawa materi itu di tempat-tempat yang berbahaya, seperti di puncak gunung berapi tadi. Atau di bawah air terjun yang sedang terjadi banjir bandang. Cukup di halaman belakang rumah atau seminim-minimnya di kamar rumah yang ada cerminnya.
3.Cermin bukan sembarang cermin. Kalau cermin saku, mah, gak bakal bisa ngefeks. Cermin, yang minimal bisa lihat ekspresi tampang sendiri, bahasa tubuh dan cocok nggak ama artikulasi suara yang keluar dari mulut. Kalau kamu siap alatnya sih, bagusan direkam sekalian (audio-video). Tapi jangan lalu ditayangkan di tengah pasar, coba aja untuk kalangan sendiri, terdekat, anak-anak tetangga dan keluarga. Cermati gimana reaksi mereka.
4.Kalau reaksi mereka bingung dan kalau toh ketawa, tapi bukan karena oleh hal-hal lucu yang anda konsepkan…jangan buru-buru ngambeg lalu gantung diri. Jangan! Cukup renungkan sejenak. Jangan-jangan tema yang anda tulis di naskah tidak nyambung ke penonton. Bisa juga materinya kena, tapi cara bawain anda belum maksimal. Anda perlu teman yang tahu betul anatomi pertunjukan stand up comedy untuk anda mintai pendapatnya.
5.Kalau tak satu temanpun anda percayai teorinya, bahwa anda masih begini atau begitu. Undang saja Greg Dean, ni orang jago banget mengenai teori dan praktik stand up comedy. Jangan cuma ndatengin lalu kasih bayaran (pisang ambon dua truk). Manfaatkan momentum itu buat bikin seminar atau workshop – tarik bayaran yang tinggi buat peserta, jadi selain ente jago EO, juga jago cari duit sehingga Dean bisa pulang bawa dolar, bukan pisang ambon atau pisang kapok. Win-win solution!
6.Nah, kini balik lagi ke penampilan. Sejujurnya, bukan hanya ente atau siapapun…orang-orang yang sekarang terlihat sangat hebat tampil di panggung, dulunya sempat mengalami demam panggung. Ada yang coba mengatasi demam panggung dengan obat sejenis aspirin agar demamnya hilang. Ternyata, itu sia-sia belaka. Demam panggung bukan penyakit yang bisa diobati pakai pil atau tablet, tapi hanya bisa dilawan pakai latihan dan latihan sampai akhirnya hilang dengan sendirinya.
7.Supaya tampilan anda menarik perhatian penonton, jangan lalu anda berpikir bisa menyogok MC supaya bilang ke audiens bahwa anda adalah comic harapan bangsa dan Negara. Telah tampil di mana-mana. Di kota dan di desa. Bukan. Cukup bisikin MC, eh, Bung keknya kita perlu sedikit ngobrol di Star Bug (bukan nama sebenarnya) sehabis acara ini, ya? Beres, gua yang nraktir, deh… Jadi jangan sekali-kali menjanjikan jabatan menteri apalagi menteri senior yang tiada lawannya itu…
8.Selalu perhatikan MAP. Materi, Audiens dan Performance. Ketiga kata itu merupakan kunci keberhasilan seorang comic dalam suatu pertunjukan. Jangan diyakini sebagai Masih Ada Peluang. Mungkin Aku Pemenangnya (di lomba) atau Mampus Aku Pakde….dst dst…..
9.Kalau anda belum lucu dan berhasil dalam pertunjukan, jangan sesekali menyalahkan pemerintah yang sah, menyalahkan penonton, panitia, stasiun TV. Apalagi sampai menyalahkan Tuhan segala. Jangan salahkan siapa-siapa, tak boleh juga menyalahkan diri sendiri. Nikmati saja tahap dan proses itu dengan tidak usah menyalahkan siapa-siapa.
10.Kalau anda berhasil dan melaju, anda boleh bersyukur dan merasa itu karena campur tangan dan bantuan berbagai pihak, tapi lagi-lagi jangan anda habiskan waktu buat melakukan upacara ucapan terimakasih hingga bertahun-tahun lamanya. Kapan berkarya lagi? Mana karya barunya?
11.Pengalaman adalah guru yang baik. Tentu saja pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang terkait dengan stand up comedy. Bukan pengalaman tak terlupakan lainnya. Tapi kalau pengalaman itu ternyata sangat berkesan dan banyak lucunya, jangan sia-siakan. Karena bisa dipake buat bahan naskah anda. Go!
12.Setelah sukses jadi comic, apa yang anda lakukan? Duduk berlama-lama di depan cermin dan mengagumi diri sendiri? Celaka bro. Anda akan ditinggalkan oleh penggemar dan pesaing-pesaing anda. Jadi ya tetap bekerja cerdas dan keras. Tapi tetap dalam porsi dan proporsi yang sehat. Tidak memaksa diri dan cepat mati muda karenanya.
13.Pantangan terakhir yang perlu dicermati adalah…percaya diri boleh, tapi jangan berpikir hanya anda comedian terbaik di dunia ini…karena budaya pop selalu cepat mengorbitkan seseorang, tapi juga selalu tak sulit untuk menjatuhkan seseorang. Upayakan selalu stabil dan menjaga keselarasan dengan lingkungan kerja, media, sosial dan masyarakat. Supaya kejayaan anda bertahan lama, terapkan manajemen kerja yang rapi. Bagi tugas kepada tim, itu artinya anda juga tak pelit bagi rejeki kepada yang lain, terutama kepada ahli bikin lelucon, pemasaran, manajemen dsb dsb.
Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H