Pada 1 April 2024, Israel melakukan serangan rudal ke Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah. Dalam serangan tersebut, tujuh orang tewas dan di antaranya adalah Panglima Pengawal Revolusi Islam Iran di Suriah yaitu Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi. Israel dan Iran sendiri telah memiliki sejarah konflik yang cukup panjang yang dimulai sejak Revolusi Islam 1979. Adanya serangan dari Israel tentu membangkitkan kembali konflik yang terjadi di antara kedua negara tersebut. Iran yang melihat pelanggaran garis merah oleh Israel pun melakukan serangan balasan dengan menembakkan sekitar 300 rudal serta drone ke Israel pada 14 April. Meskipun serangan Iran masih bisa ditangguhkan oleh Israel, tentu bukti balasan tersebut menjadi pesan untuk Israel bahwa konflik yang terjadi adalah konflik yang terbuka.
Dalam Hubungan Internasional, terdapat salah satu teori  yang bisa digunakan untuk membahas konflik antar negara yaitu Realisme. Lalu bagaimanakah pandangan realisme melihat konflik yang terjadi di Israel dan Iran?
Pandangan Realisme terhadap Konflik Israel-Iran 2024
Pandangan realisme melihat negara-negara di dunia hidup dalam sistem internasional yang anarki. Melalui hal ini, negara sebagai aktor utama dalam sistem internasional berhak melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengamankan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya. Realis melihat bahwa tidak ada kedaulatan dan aktor tertinggi selain negara sehingga negara tidak harus tunduk pada aktor lain karena mereka hanya melihat negaranya sendirilah yang berkedudukan tertinggi. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa dalam sistem internasional dengan pandangan realisme, hanya yang kuat yang akan berkuasa dan yang lemah hanya bisa menerima sehingga tak jarang dalam mempertahankan kekuasaannya, negara-negara akan berujung pada konflik.Â
Dalam konflik yang terjadi antara Israel-Iran terdapat beberapa hal yang bisa dilihat melalui pandangan realisme. Tujuan dari Israel menyerang Kedutaan Iran di Suriah karena adanya dukungan Iran terhadap Gaza dalam konflik Israel-Palestina. Tak hanya konflik Israel-Palestina, Iran juga dianggap oleh Israel telah mendukung Hizbullah di Lebanon dan menggunakan wilayah Suriah sebagai jalur pengiriman bantuan militer. Tentu hal-hal tersebut akan mengancam keberadaan Israel di dalam dunia internasional terutama dengan konflik-konflik lain yang dimiliki oleh Israel.Â
Melihat serangan yang dilancarkan oleh Israel, Iran melalui serangan balasannya dengan 300 rudal dan drone pada 14 April 2024 lalu ingin memberikan peringatannya bahwa Iran tidak akan diam di tengah agresi militer Israel yang terus berulang. Iran dalam posisi ini juga memperlihatkan bahwa mereka tidak akan kalah atau bersifat lemah terhadap serangan yang terjadi.Â
Melalui konflik Israel-Iran, kita dapat melihat bahwa setiap negara berusaha untuk menjaga kedaulatannya di tengah ancaman yang terjadi di dalam sistem internasional yang anarki. Serangan-serangan yang diluncurkan oleh kedua negara tersebut membuktikan bahwa negara akan melakukan berbagai tindakan untuk mengamankan kekuasaannya dan tidak akan bersikap lemah terhadap negara-negara lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H