[caption caption="dokumentasi Sekret IGI Maluku"][/caption]
Ikatan Guru Indonesia (IGI) wilayah Maluku, kini sudah 'menancapkan kukunya' di Propinsi Maluku. 'IGI Pro Maluku', sebutan lain yang di istilahkan semata untuk mendukung berkembangnya dunia pendidikan di Maluku. Istilah ini kami gunakan semata-mata agar mampu menggerakan mental dan semangat para guru sekaligus berpeluang menjadi jargon yang berkontribusi positif terhadap nilai kualitas guru yang sempat anjlok ketika pelaksanaan UKG Online 2015, dimana hasilnya menempatkan guru di seantero Maluku di posisi urutan dua dari bawah setelah Maluku Utara. memang miris tapi itulah kenyataanya.
Hadirnya IGI Pro Maluku, berawal dari hasil diskusi panjang berhari-hari di Jl. Jombang I Malang, antara saya dan pak Sultan (dosen UNM - Makassar), kebetulan beliau juga menjabat Sekretaris IGI Sulawesi Selatan, kini sedang menempuh program Doktoral di UM Malang, beberapa bahasan diskusi tersebut membahas perkembangan pendidikan di Maluku dan salah satu gerbong yang ditawarkan adalah bagaimana meningkatkan profesi dan kualitas guru dengan wadah organisasi profesi.
Kenyataan di lapangan selama ini para guru hanya mengenal PGRI sebagai organisasi profesi yang melekat pada keseharian para guru, Bahkan kiprah PGRI ini kesannya sudah dianggap satu-satunya organisasi yang mengusahakan kepentingan, kualitas para guru hingga kesejahteraannya. Sementara faktanya di lapangan, di Maluku tidak banyak yang dilakukan PGRI, hanya terlihat gembar-gembor pada acara seremonial, tapi minim pendampingan pelatihan guru. Apalagi kinerja PGRI hanya memungut iuran anggota bulanan, tapi entah hasilnya dikemanakan iuran itu dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan pertanggungjawabannya pun nihil, seperti ditelan bumi. Penulis cukup tahu banyak tentang kiprah PGRI sebab ayah penulis juga seorang guru dan penulis sendiri pernah menjadi guru honorer selama dua tahun di berbagai sekolah negeri dan swasta di kota kabupaten Maluku Tengah, Masohi.
Inilah salah satu pertimbangan pemikiran yang membuat penulis menerima amanah ini dari pak Daeng Sultan, ketika awal Januari 2015, apalagi dari berbagai penelusuran kiprah IGI sudah sangat gencar di beberapa kota besar di Suamtra dan Jawa. yang membuat penulis langsung menerima tawaran ini adalah kiprah salah satu aktivis IGI Pusat menjadi kawan Online saya sejak lama di Media penulisan Kompasiana, bahkan saya sangat mengagumi semangat beliau untuk melatih para guru dalam hal penulisan dan workshop-workhsop. yah,..pak Wijaya Kusuma (Om Jay).
Langkah awal penulis mengirim pesan singkat ke Pakde Satria Dharma (panggilan akrab saja), Ketua umum IGI Pusat, dan direspon baik dengan mengarahkan menghubungi pak Muhamad Ihsan (saya biasanya mangilnya komandan ata ndan) dan disambut baik juga dan janjian ketemu, kebetulan rumah beliau cukup dekat dan bisa dijangkau dari tempat transit saya di Surabaya. Janjian ketemu tidak pernah kesampaian hingga November 2015, baru bisa bertandang langsung ke rumah beliau yang berdekatan dengan salah satu kampus ternama di Surabaya.
Dari pertemuan inilah, penulis diizinkan untuk sesegera mungkin membuka ruang bagi IGI agar berkiprah di Propinsi Maluku, menyongsong pelaksanaan kongres II IGI di Makassar. Namun karena agenda 'ngamen' penulis juga begitu menumpuk, penulispun berjanji ke beliau sesegera mungkin menghadirkan IGI di Maluku khususnya di Kota Ambon. Berselang beberapa hari penulis sudah mengontak beberapa teman guru di kabupaten dan kota untuk menjemput ide ini, dan Alhamdulillah direspon baik bahkan sebagian dari mereka 'pasang badan' untuk membesarkan IGI di kabupaten kota masing-masing, dengan keyakinan bahwa semata-mata untuk pengembangan mutu guru yang akan dikawal dengan berbagai pelatihan murah. Selain itu merupakan kewajiban para guru untuk bergabung dalam organisasi profesi guru sebagaimana amanah UU Guru dan Dosen.
Alhamudlillah, niat baik untuk membangun IGI pun diaminkan oleh kawan dekat Nathalia Y. Johannes, beliau sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Kristen di FKIP Unpatti Ambon, sekaligus kawan seprofesi yang antusias mengembangkan IGI di Maluku, yang kemudian penulis tawarkan untuk berada di posisi sekretaris IGI Propinsi Maluku, beberapa kawan profesi juga bergabung, termasuk pak Melvie Talakua, M.Pd (pak Epin) staf Dosen PGSD/FKIP, dan kepada merekalah curhat-curhatan saya dibendung.
Hari yang dijanjikanpun datang, Pak Ihsan Hadir di kota Ambon dengan kapasitas sebagai Sekjen IGI, acara yang sebenarnya diagendakan di kampus PGSD Unpatti Ambon, tiba-tiba harus berpindah ke lokasi Aula MTs Negeri Batu Merah Ambon. dikarenakan seluruh ruang kampus PGSD digunakan untuk ujian PPL. Jaringan pertemanan dengan beberapa guru dan kepsek MTs Neg. Batu Merah Ambon, makin memuluskan agenda dadakan ini. Dadakan, sebab sebenarnya informasi kedatangan ini juga dishare ke teman2 Kab. dan Kota yang sudah menunggu, tapi ditengah kesibukan mengurus agenda ini, berselang sehari baru diumumkan berkaitan dengan tempat pelaksanaan.
 [caption caption="Pak Muh Ihsan Sekjen IGI, Ketika bertandang Ke Ambon Awal Januari 2015, foto: dokumentasi IGI Maluku"]
Kehadian pak Sekjen IGI di Kota Ambon, sekaligus semakin meringankan langkah IGI Berkiprah lebih jauh, beberapa teman yang melihat postingan kegiatan dengan pak Ihsan di Ambon, makin yakin bahwa kampanye online akan adanya IGI di Maluku semakin nyata dan bukan isapan jempol semata. Sebab mungkin level penulis untuk bisa menghadirkan tamu seperti pak Ihsan yang juga sebagai pemateri Nasional, mungkin masih sangat diragukan kawan-kawan seprofesi, tapi alhamdulilah selalu ada jalan jika kita berniat baik.