Mohon tunggu...
ode ine
ode ine Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahahsiswa

hobi basa basi, berdiskusi, juga berpantun dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pro Kontra Pemilu

24 April 2024   11:37 Diperbarui: 3 Mei 2024   12:23 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

   "Tok..tok..tok" Hakim mengetuk palu sidang, keputusan telah ditetapkan. Mungkin hanya palu sederhana, tapi ketukannya ditunggu jutaan jiwa. Mungkin hanya palu sederhana, tapi ketukannya menetukan nasib bangsa. Mungkin hanya palu sederhana, tapi tanggung jawab pengetuknya sungguh sangat luar biasa. 

   Selepas ketukan itu, kontra versi pun makin membesar, kubu yang sependapat begitu gembira mendengarnya, usahanya tak sia-sia dan mungkin sebentar lagi hal yang dijanjikan akan kerja keras mereka akan mereka tuai, entah berupa nominal angka atau pun berupa tanda tangan di atas kertas jabatan. penduduk yang kontra akan hasil pun bergemuruh dan menilai bahwa demokrasi sudah mati, kecurangan adalah hal yang wajar,nepotisme merajalela, dsb.

   

   Namun pada intinya, hasil keputusan yang telah ditetapkan itu adalah keputusan bersama, itulah keputusan yang tak bisa diganggu gugat lagi, meski beragam opini menggambarkan itu dengan kepentingan msing-masing. Inilah negara kita, apapun asumsi setiap jiwa akan negara ini, NKRI tetaplah sebagai NKRI. Kebenaran tetaplah sebagai kebenaran, bagaimana pun juga selama nurani masih ada, dan seorang yang di kubu mana pun menggunakan nuraninya, maka kebenaran tetap ia miliki sementara, ya karena kebenaran absolut adalah milik-Nya. Maka siapapun pilihan anda, jangan melawan nurani anda juga jangan melawan fakta hanya karena sebuah kepentingan tertentu.

   Setiap kubu akan selalu merasa benar akan pilihannya masing-masing, tapi ingat jangan sampai karena pilihan anda kalah sehingga kebenaran yang anda inginkan hanya menjadi sebuah keonaran, karena tindakan akan penolakan yang bisa membahayai jiwa hingga  negara itu sendiri, dengan membuat kerusuhan di muka umum hingga merusak fasilitas negara yang sama-sama kita cintai ini. Maka junjunglah kebenaran di pikiran anda juga dengan santun, jangan pernah memaksakan kehendak mu hanya karena keinginan berlabel kebenaran menurut mu. Bagi pihak yang menang dan merayakan pesta demokrasi pun jangan terlalu berlarut hingga gila hanya akan kemenangan ini. Ingat! Ini bukan sepak bola yang di mana kalah dihina menang dipuja dan hanya sebatas itu. Demokrasi tak sesimple itu dan pilihan yang anda junjung tak selamanya membutuhkan anda bila dimana mereka telah berkuasa. Ini pilihan bersama, maka berbahagialah bukan ketika menang saja, tapi juga ketika para pilihan anda bisa membawa negara ini menuju negara yang maju seperti yang diinginkan para pendahulu kita semua, membawa demokrasi menuju tempat yang selayaknya.

   Salam demokrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun