Well, babak belur 3-0 di tengah euforia kebangkitan dan ekspektasi tinggi memang menyesakkan. Kita memang kalah peringkat, kalah fisik & kalah teknik. Seorang Mourinho atau Guardiola pun saya pikir tidak dapat berbuat banyak, selama sistem persepakbolaan Indonesia belum dibenahi.
Tapi kekalahan kali ini sangat menyakitkan karena kami (dan banyak lagi rakyat Indonesia lainnya) tidak bisa menyaksikan siaran langsungnya karena diacak SCTV. Entah apa alasannya, yg jelas SCTV telah membuat blunder luar biasa. Mungkin tidak mau rugi karena harus membayar biaya hak siar yg tinggi, sementara banyak yg nonton gratis dari parabola tak berbayar?
Yang jelas, SCTV malah mendapat kerugian besar, karena hujatan, makian dan cacian jutaan rakyat Indonesia yg tidak dapat menyaksikan siaran langsung Iran vs Indonesia. Sudah begitu, kemasan penyajian acara sudah sejak awal dikeluhkan penikmat siaran sepakbola yg telah bertahun-tahun mindset nya dibentuk oleh RCTI.
Mungkin SCTV tidak tahu bahwa tidak semua penduduk Indonesia tinggal di kota, bisa menikmati siaran TV dg antena UHF atau berlangganan tv kabel. Bagaimana kalau mereka tinggal di daerah saya, suatu lembah di kaki gunung, dimana antena harus setinggi 4 sampai 5 meter untuk bisa menangkap sinyal, namun itu pun sulit dilakukan karena kecepatan angin di sini sekitar 20 km/jam lebih.
Akhirnya, selamat menikmati kekecewaan buat pecinta bola atas kekalahan & tidak disiarkannya timnas Indonesia kesayangan kita, dan SELAMAT MENIKMATI HUJATAN BUAT SCTV.
~DP~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H