Mohon tunggu...
Octavino Arya Prapanca
Octavino Arya Prapanca Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji

"Think before you did something"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Pulau Penyengat

18 Juni 2022   19:05 Diperbarui: 18 Juni 2022   19:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pulau Penyengat merupakan salah satu pulau yang dimiliki Tanjungpinang. Pulau Penyengat adalah pulau kecil di kota Tanjungpinang dengan berjarak berkisar 2km, sehingga hanya memerlukan waktu 15 menit saja dengan menaiki pompong (perahu bermotor) dari pusat kota Tanjungpinang. Pulau ini memiliki oanjang 2000 meter dan lebar 850 meter saja. Pulau Penyengat merupakan salah satu destinasi wisata di Kepulauan Riau, karena pulau ini terdapat beraneka-ragam peninggalan sejarah, yang salah satunya paling ikonik adalah masjid raya sultan riau. Mesjid ini dibuat dari putih telur. Selain itu juga terdapat juga makam para raja beserta pahlawan nasional , kompleks istana kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi serta sumur air tawar.


Menurut cerita dari mulut ke mulut, pulau kerdil ini sudah lama dikenal oleh pelaut beratus-ratus tahun yang lalu, dikarenakan pulau ini menyediakan air tawar yang cukup banyak sehingga dijadikannya tempay bersinggah bagi para pelaut tersebut. Belum dapat dikonfirmasi secara tertulis, Namun, dari cerita rakyat setempat, nama Penyengat berasalbdari salah satu nama hewan serangga yang mempunyai sengat. Berdasarkan cerita rakyat tersebut, diceritakan bahwasannya terdapat beberapa pelaut yang melanggar pantang larang pada saat sedang mengambil air, karena itulah mereka dibombardir oleh ratusan serangga berbisa. Lalu kemudian, hewan ini dinamakan Penyengat bersamaan dengan penamaan pulau ini, yaitu Pulau Penyengat. Pada saat pemerintahan kerajaan Riau berlokasi di pulau itu, maka namanya bertambah menjadi Pulau Penyengat Inderasakti. Pada tahun 1803, Pulau Penyengat dibangun menjadi sebuah negeri dan menjadi tahta kekuasaan Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga, sementara Daik-Lingga menjadi kediaman Sultan. Tahun 1900, Sultan Riau-Lingga pindah lokasi ke Pulau Penyengat. Sejak saat itu, kokohlah Pulau Penyengat sebagai pusat pemerintahan, adat istiadat, agama Islam dan Kebudayaan Melayu.


Menjelaskan secara perinci penjelasan sebelumnya, bangunan ikonik di Pulau Penyengat Masjid Raya Sultan Riau adalah masjid yang didirikan oleh Sultan Mahmud pada tahun 1803. Lalu direnovasi oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurahman pada tahun 1832 hingga berbentuk sedemikian rupa sampai saat ini. Bangunan ini berukuran 18x20 meter dengan ditopang 4 buah tiang beton. Terdapat menara tempat kumandang azan di keenoat sudut bangunan ini. Selain itu juga terdapat 13 kubah dengan bentuk bawang. 17 buah merupakan total keseluruhan menaran dan kubah di bangunan ini, angka ini melambangkan jumlah rakaat salat wajib 5 waktu sehari.
Bangunan bersejarah kedua yaitu istana kantor atau biasa dipanggil mahrum kantor yang merupakan istana dari Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali periode 1844-1857 silam. Istana ini digunakan sebagai kantor selain daripada kediaman. Istana kantor memiliki ukuran berkisar 110 m2 dan areal yang dikelilingi tembok berkisar 1 hektar. Yang ketiga yaitu Balai Adat Melayu yang merupakan replika rumah adat Melayu yang ada di Pulau Penyengat. Gedung ini digunakan sebagai penjamuan tamu-tamu seperti orang-orang penting dengan atraksi kesenian Melayu dan benda perlengkapan adat resam Melayu. Di bagian bawah gedung ini terdapat sumur air tawar yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan tempat bersinggah para pelaut dan air tawar di sumur ini masih mengalir hingga sekarang selama berabad-abad, serta masih layak untuk diminum.


Pada 19 Agustus 2013 silam, Gubernur Kepulauan Riau yang saat itu merupakan Alm. HM Sani membangun sebuah Monumen Bahasa Melayu di kawasan Benteng Kursi. Monumen ini dibangun sebagai wujud dan penghormatan dari pemerintah Kepri kepada Pahlawan Nasional bidang Bahasa yaitu Raja Ali Haji. Selain itu juga di bangun untuk memperkenalkan asal muasal Bahasa Melayu Kepri dan Lingga, serta Bahasa Indonesia Sekarang ini. Monumen ini dibangun sebagai tindak lanjut dari Mufakat 12 kebudayaan Melayu (LAM) Kepri dan LAM Riau, pada saat seminar nasional 2010 silam di Pekanbaru, yang dihadiri oleh gubernur Kepri dan Riau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun