Mohon tunggu...
Hetty Octavina Djawa
Hetty Octavina Djawa Mohon Tunggu... -

nama lengkap :hetty octavina djawa nama panggilan :hetty tempat tanggal lahir:02 oktober 1990 universitas :universitas nusa cendana,kupang NTT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Kita Sedang Berada Di Era Reformasi?

20 Juni 2012   06:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata reformasi,apa yang terlintas dalam pikiran kita? Pada umumnya kita mengidentikan reformasi dengan perubahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia reformasi didefinisikan sebagai perubahan radikal untuk perbaikan(bidang politik, sosial dan agama) tanpa kekerasan. Kalau demikian dengn kata lain kita dapat mengatakan reformasi merupakan proses perubahan dalam berbagai bidang kehidupan ke arah yang lebih baik tanpa menggunakan kekerasan.

Dalam bukunya yang berjudul Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia, Emanuel Gerrith Singgih menyederhanakan pengertian era reformasi dengan menjabarkan beberapa hal yang berkaitan dengan reformasi itu sendiri. Era reformasi digambarkan sebagai saat di mana kita, bangsa Indonesia melakukan perubahan – perubahan yang mendasar pada kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat agar tercapai beberapa hal diantaranya:Perekonomian Indonesia menjadi kuat secara fundamental, kemiskinan dan penderitaan rakyat ditangani secara langsung, kehidupan berdemokrasi berdasarkan kadaulatan rakyat ditegakkan di dalam lingkup dunia politik, hak-hak asazi manusia dihormati bahkan dibela, kehidupan beragama di antara umat beragama berlangsung secara rukun dan wajar

Dari kelima poin tersebut diatas ada satu poin penting yang perlu dibahas secara mendalam oleh penulis. Poin tersebut adalah poin nomor 2, kemiskinan dan penderitaan rakyat ditangani secara langsung. Sudahkah hal ini dilaksanakan? Sepertinya kedaan ini masih tidak jauh berbeda dengan beberapa masa yang lalu. Kemiskinan sudah seperti momok yang menjijikkan di negeri ini. Kemiskinan bahkan terlihat sangat sulit untuk di atasi dan tidak ada jalan keluarnya sama sekali. Sesungguhnya dengan menejemen atau tatakelolah pemerintahan yang baik rakyat negeri ini bisa terbebas dari belenggu kemiskinan. Pada dasarnya akar dari kemiskinan adalah kurangnya pendidikan yang memadai. Beberapa tahun yang lalu kemerosotan kualitas pendidikan menurut berbagai pihak disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, kesejahteraan guru yang kurang diperhatikan sehingga menghasilkan kualitas guru yang buruk pula, dan masih banyak faktor lain yang pada akhirnya menuntut kenaikan alokasi dana pendidikan yang dimnilai angat kurang. Pemerintah pun akhirnya menyetujui dengan menaikan alokasi dana pendidikan menjadi 20 % dari APBN. Memang benar ada sedikit perubahan yang terjadin namun kualitas pendidikan di daerah tertentu khususnya di daerah-daerah terpencil masih saja buruk. Kemudian timbul pertanyaan apa lagi yang menjadi masalah. Bukankah alokasi dana pendidikan sudah dinaikkan? Masih belum cukupkah itu?

Pokok permasalahannya adalah anggaran yang sedemikian besar itu tidak dimanfaatkan dengan semestinya. Bagaimana mungkin putera-puteri negeri ini bisa mengenyam pendidikan dengan baik kalau di lain kesempatan petinggi-petinggi negeri ini dengan senang hati menikmati apa yang bukan menjadi hak mereka,dalam hal ini dana pendidikan bahkan sesuatu yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab mereka dalam memajukkan pendidikan di tanah ini. Sebut saja kaum akademisi yang diharapkan mampu menjembatani terwujudnya proses penyejahteraan rakyat justru turut terlibat dalam praktek kotor ini seperti yang di beritakan di berbagai media beberapa hari belakangan ini. Kalau seperti ini caranya sekalipun alokasi dana pendidikan di plafon hingga50% penghuni bumi ini akan terus hidup di dalam surga kemiskinan bahkan kondisinya bisa jadi lebih buruk lagi.

Dengan adanya kondisi seperti ini, kita seolah belum bisa di kategorikan hidup dalam era reformasi. Sesungguhnya Reformasi hanya akan terwujud melalui wadah pendidikan yang terarah dan bermutu. Dengan adanya pendidikan yang baik maka ke empat poin yang lain juga akan tarlaksana dengan baik. Karena itu hal ini seharusnya menjadi poin utama untuk diperhatikan oleh kita semua. Untuk semua anak negri ini termasuk para petinggi mari bergandengan tangan menunjukan kualitas hidup yang mencerminkan bahwa kita benar-benar berada dalam masa reformasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun