Orang Batak punya batik? Masak siih? tanya saya dalam hati ketika mendengar cerita seorang kawan lama semasa kuliah di jurusan program sarjana Sastra Perancis UI dulu. Lama tak terdengar beritanya, suatu hari Valentina Siagian, kawan saya tersebut, menelepon dan mengabari bahwa saat ini dirinya tengah memulai bisnis di bidang feysen dengan mengembangkan batik khas Batak yangdinamainya Batiktak alias Batik Batak. Sontak saya tergelitik. Seperti apa ya batik khas Batak itu? “Ayo, datang ke galeri aku biar tahu kayak apa batik Batak itu,” katanya sembari menyebutkan nama galeri tempatnya memamerkan aneka busana batik produksinya di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Galeri? Saya pun berdecak kagum meski ia merendah dengan mengatakan bahwa galeri yang dimaksud tak lebih dari sepotong ruangan. Tetap saja saya kagum dengan langkahnya mengembangkan batik khas Batak.
Dari Batik Cual Terbitlah Batiktak
Keputusan Valentina Siagian untuk mengembangkan Batiktak berawal saat ia mengikuti sang suami bertugas di Kepolisian Daerah Bangka Belitung (Babel) di kota Pangkalpinang tahun 2006. Di sana ia terkesan melihat murid-murid sekolah diwajibkan memakai Batik Cual –batik dengan motif khas Bangka- pada hari-hari tertentu. Hal tersebut meletupkan idenya untuk membuat membuat batik dengan motif khas Batak. “Kalau Sumatera Utara membuat peraturan yang sama seperti halnya di Bangka pasti bagus sekali,” jelasnya pada saya. Meski begitu, Valentina tak bisa segera menwujudkan idenya akibat kesibukannya dalam organisasi wanita Bhayangkari (organisasi para isteri anggota kepolisian). Bukan itu saja, wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Institut Kesenian Jakartajurusan Musik ini juga berprofesi sebagai sebagai guru les piano.
Barulah pada tahun 2013 ibu dari dua putera dan satu puteri yang sudah beranjak dewasa ini mulai merealisasikan impian untuk membuat batik bercorak khas Batak. Valentina menggali motif-motif tradisional Batak yang berasal dari ornamen rumah adat, Gorga Batak, ulos dan sebagainya dari etnis Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak dan Sipirok. Ia mendesain ulang motif-motif tersebut dan dengan dibantu sejumlah pengrajin batik akhirnya terciptalah batik bercorak khas Batak yang dinamainya Batiktak dengan motif seperti Maragam, Danawalu, Gorga Angin Putor, Gorga Besar dan lain-lain. Batiktak dicetak di atas berbagai jenis kain seperti katun, dobby hingga sutera. Tak hanya dalam bentuk kain, Valentina juga memproduksi berbagai busana dari batik khas Batak untuk wanita, pria dan anak-anak. Selain itu ia juga membuat tas tangan wanita berbahan dasar rotan dan bambu dengan aplikasi ragam batik Batak dan kain ulos sebagai pelengkap busana.
Bak pucuk dicinta ulam tiba, Valentina berjumpa dengan Pak Monang Sianipar, sang pemilik Galeri Toba Dream (Toba Tabo) di kawasan Sahardjo, Tebet – Jakarta Selatan, yang sama-sama mempunyai visi dan misi serupa, yakni keinginan untuk mengangkat dan melestarikan budaya Batak. Pak Monang Sianipar lalu memfasilitasinya untuk membuka galeri Batiktak di Toba Dream. Menurut Valentina, saat ini Toba Dream sudah menjadi semacam pusat kegiatankomunitas masyarakat Batak Jakarta untuk menggelar acara pertemuan, kegiatan adat, pertunjukan musik Batak dan sebagainya.
Valentina Siagian (kedua dari kiri) bersama Herman Delago dan Vicky Sianipar (kedua dari kanan)
Silahkan kunjungi https://batiktakvalensia.wordpress.com/
Batiktak Dalam Kick Andy Show
Usaha Valentina untuk mengangkat budaya Batak lewat batik khas Batak kreasinya mendapat angin segar tatkala busana Batiktak tampil pada acara Kick Andy Show dalam episode Cinta Dari Jepang dan Austria yang ditayangkan MetroTV tanggal 19 September 2014 yang menampilkan Herman Delago, seorang musisi berkebangsaan Austria yang jatuh cinta setengah mati pada budaya Batak sehingga ia membawakan lagu-lagu Batak dalam perjalanan keliling dunia orkestra musik pimpinannya. Tak sampai di situ Herman Delago juga menciptakan sejumlah lagu Batak sebagai bentuk kecintaannya kepada budaya Batak.
Saat ini Valentina Siagian makin giat berkreasi demi memajukan Batiktak. Ia membidik masyarakat Batak sebagai konsumen terbesarnya. “Tujuanku adalah agar Batiktak disukai segala lapisan usia. Ingin sekali melihat terutama generasi muda Batak bangga memakai batik dari daerahnya sendiri, supaya budaya Batak makin disenangi dan dapat dilestarikan,” ungkapnya. Teruslah berkreasi, sobat. Semoga karya-karyamu memperkaya khazanah budaya Nusantara.
Jakarta, Januari 2015
Octaviana Dina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H