Mendengar pernyataan dari Prabowo mengenai hasil pelaksanaan pemilu kali ini yang dianggap cacat karena banyak’nya kecurangan yang dilakukan dari pihak lawan secara masif, terstruktur dan sistematis cukup membuat saya berpikir secara logika apakah mungkin hal tersebut dilakukan dengan kondisi saat ini. Dan sampai saat inipun masih belum mendapatkan kejelasan kapan itu dilakukan ? apakah pada saat sebelum kampanye, pada saat kampanye, pada saat pelaksanaan pencoblosan atau pada saat penghitungan hasil suara secara berjenjang sejak dari lapangan sampai dengan saat rekapitulasi nasional ?
Saya mencoba menelaah satu-satu secara logika sederhana kira” bagaimana yg dimaksud :
Secara masif, pengertiannya adalah kuat, kokoh, utuh, padat dan tidak berongga. Nah pada tahap apa terjadi kecurangan secara masif ? apakah pada saat kampanye misalnya kampanye negative, kampanye hitam yang dilakukan tanpa henti silih berganti dari satu isu ke isu lainnya misalnya, atau politik uang yang terjadi. Apalagi jika kemudian kecurangan itu dilanjutkan dengan menggunakan peran para tokoh dan pemimpin dalam mengarahkan pilihan, kenapa demikian karena mereka memegang kekuasaan dan mempunyai basis pendukung yang biasanya cukup kuat.
Bagaimana dengan terstruktur ? pengertian sederhananya ialah kecurangan tersebut sdh dalam keadaan disusun sedemikian rupa dan diatur dengan rapih. Kecurangan tipe ini tidak bisa dilakukan sendirian, harus dilakukan secara berjenjang dan harus kompak dengan kata lain harus mempunyai network atau jaringan yang cukup luas dan dalam dimana tiap” titik simpulnya mengerti peranannya masing” agar dapat dilaksanakan, sehingga aktor dibalik layar tinggal memainkan sesuai waktu dan tempat yang dikehendakinya.
Lantas secara sistematis itu bagaimana pula. Ini merupakan tahap lanjutan dari terstruktur, yaitu teratur menurut system, menggunakan system dengan cara yang diatur dengan baik. Maksudnya adalah memiliki prosedur yang sdh terpola dengan baik, dengan cara apa .. ya bisa saja dengan cara mendompleng ke dalam system yang ada sehingga hasil yang keluar kelihatannya semua berjalan normal.
Oke sekarang kl dilihat pada saat Jokowi resmi dicalonkan menjadi capres, maka serangan kepada capres 2 langsung terjadi, dimulai dari yang ringan sampai dengan yang berat secara silih berganti, perhatikan saja mulai dari sajak, sindiran, gambar, tabloid obor rakyat sampai dengan tuduhan palsu pun dilakukan terus menerus dengan tujuan membuat lawan panik atau terprovokasi.
Bagaimana pelaksanaannya, apakah cukup terstruktur ? menurut saya iya, karena secara tahapan serangan yang dibangun itu muncul pada moment yang memang sdh disiapkan dulu kondisinya dan dibuat saling mendukung, contoh’nya adalah jokowi dikatakan bukan muslim n keturunan tionghoa, tdk lama kemudian muncul tabloid maupun selebaran / tulisan di dunia maya yang membenarkan hal itu dan ini dilakukan terus menerus sehingga masyarakat tidak hanya mendengar tetapi juga membaca, dan sasaran yg dituju pun sangat jelas .. artinya memang sdh diatur sedemikian rupa wilayah” mana saja yang akan digembosi.
Lantas bagaimana dengan sistematis, dari pola yang ada sptnya hal tersebut sdh disiapkan dengan membuat sistemnya sehingga tidak serampangan dan sporadis tapi ada pola dan prosedurnya kapan, dimana, siapa, cara merespon dan bagaimana eksekusinya dengan tujuan mengalihkan perhatian masyarakat dari kelemahan pada diri sendiri dengan menonjolkan kelemahan kubu lawan.
Bagaimana kubu jokowi menyikapi’nya ?
Dilihat dari sebagian sisi dapat dipastikan jokowi kalah kelas. Dari sisi dana, waktu, tim pendukung dan jaringan elite sptnya sdh dikuasai pihak lawan. Satu”nya jalan adalah tidak terpancing provokasi yang dibuat lawan bahkan dalam beberapa kejadian malahan prabowo yang terpancing emosi’nya bahkan mengeluarkan pernyataan” yang merusak citranya sendiri … supaya diingat pada saat itu swing voter juga masih besar yang setiap saat bisa bergerak bebas antara pilih 1, pilih 2 atau golput.
Nah kl kecurangan dilakukan secara masif, terstruktur dan sistematis … menurut saya adalah mulai pada saat pelaksanaan kampanye sampai dengan penghitungan suara di masing” TPS. Nah statement jokowi yang mengatakan bahwa ‘KITA HANYA BISA KALAH DENGAN CARA DICURANGI’. Statement ini cukup menjadi bahan bakar untuk para relawan maupun non relawan dari kedua kubu utk membuktikan hal tersebut. Ketika komando mengatakan ‘kawal suara anda sampai dengan penghitungan final’ maka seluruh elemen masyarakat bergerak terlepas apa pilihannya utk mengawal pelaksanaan pencoblosan dan penghitungan suara. Saya beserta istri dan tetangga yang selama ini tidak pernah melihat proses penghitungan maka hari itu saya tunggu’in mulai dari segel dibuka utk dihitung sampai dengan penulisan rekap C1 dan ramai” semua yang hadir membuat foto dan menguploadnya di medsos masing”. Nah kalo pada saat pelaksanaan terjadi kecurangan yang dimaksud tentunya akan ricuh di tingkat TPS, tetapi pd saat semua dokumen diperiksa dan disaksikan rakyat dan ditanda-tangani oleh pelaksana dan saksi maka dapat dikatakan hasil dapat dikatakan valid.
Ketika hasil tersebut di upload di website KPU dan saya cek dengan apa yang ada di memory HP saya ternyata sama, cukup bukti bahwa suara dari TPS saya sdh aman dan ter publish secara transparan.
Kembali terkait dengan pernyataan kecurangan yang dilakukan secara masif, terstruktur dan sistematis itu, mohon kepada kubu prabowo jelaskan kepada masyarakat pada titik yang mana dan bagaimana kejadiannya, dan jangan pula menuduh KPU berpihak kepada salah satu capres pada saat rekapitulasi nasional .. khan hanya merekapitulasi dmn hasil dri msg” TPS jg bisa dilihat secara online.
Tapi baiklah kita tunggu saja, katakanlah kl memang itu terjadi, kita akan dengarkan gugatannya di MK dengan paparan yang valid bukan sekedar pernyataan yang bombastis di media tanpa mampu menyertakan data dan bukti yang valid dan kuat yang memenuhi kriteria ketiga unsur diatas tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H