Perlunya dakwah berbasis analisis sosial guna menuntut kader Muhammadiyah buat selalu peka & cerdas pada mengikuti perkembangan dilema masyarakat, terlebih lagi pada kemampuan analisis sosial & kontekstualisasi Islam pada kehidupan telah niscaya sebagai tuntutan ketrampilan yang wajib dipersiapkan. Â
Dengan pendekatan & analisis sosial yg kuat, maka mobilitas dakwah Muhammadiyah akan lebih produktif. Â
Analisis sosial ini sangat diperlukan untuk membuktikan bahwa Pergerakan IMM juga memperhatikan kehidupan masyarakat yang mana nantinya akan berkontribusi untuk menimbulkan rasa empati para calon kader DAD IMM BLUE SAVANT untuk lebih peka dan peduli dengan permasalahan -- permasalahan yang terjadi dilingkungan masyarakat.Â
Adapun sasaran analisis sosial ini ke masyarakat kurang mampu yang berada di sekitar perkaderan. Disini para kader dapat menggali lebih dalam dengan metode wawancara langsung yang setelah itu dilakukan diskusi dan analisis mencari solusi dari permasalah tersebut.
Hasil analisis sosial ini ditemukan Bapak berinisial "S" yang berumur 65 tahun, istri Bapak "S" meninggal setahun yang lalu karena sakit struk kurang lebih selama setahun, beliau bergerak dibidang penjualan, dan istrinya sempat menemani berjualan dengan duduk di kursi roda. Beliau menjual boneka dan mainan anak-anak hampir 2 tahun dari pukul 06:00 hingga 19:00.Â
Tetapi barangnya tidak perlu modal, karena barang yang dia jual adalah titipan temannya sendiri, jika boneka yang dijual banyak maka dia akan menitipkan kepada temannya, misalnya menjual hingga 3 boneka dan menyetorkan hasil penjualannya, dan temannya akan memberikan komisi kecil untuk penjualan. Â
Ayah Tingkat pendidikannya hanya sampai SD, tapi tidak sampai tamat. Penjual boneka ini memiliki tiga orang anak, anak pertama sudah menikah dan anak kedua dan ketiga belum menikah.Â
Pendidikan terakhir ketiga anaknya adalah SMA. Anaknya sudah mandiri, jadi ada yang bekerja sebagai kuli bangunan, membebaskan diri dan membuka usaha sendiri, misalnya usaha makanan.Â
Secara finansial, keluarga S bisa dikatakan mencukupi, meski ada beberapa kendala, mulai dari pengeluaran rumah tangga. Apalagi di masa pandemi Covid-19 pendapatan turun tajam, sedangkan pendapatan harian sekitar 50.000, tidak ada yang beli sama sekali, saat itu pendapatan mingguan paling banyak 200 ribu, sebelum Covid pendapatan mingguan sekitar 500 ribu.
Virus Covid-19 menyerangnya, namun ia mengasingkan diri di rumah hingga bolak-balik membeli oksigen, karena sesak napas selama kurang lebih seminggu.Â