Kartu kredit adalah salah satu bagian penting bagi para manusia dunia saat ini. Amerika Serikat dan Eropa sudah menggunakan kartu kreedit untuk segala macam jenis pembayaran. Bahkan beli permen di supermarket aja bisa pakai kartu kredit. Transaksi online jangan ditanya. 90% web jualan pasti memberi opsi pembayaran dengan kartu kredit.
Indonesia kita tercinta ini termasuk salah 1 negara yang komunitas pemegang kartu kreditnya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Bank-bank selalu gencar menawarkan kartu kredit. Sepertinya gampang sekali kalau mau mendapat sebuah kartu kredit. Namun dibalik semua nilai plus kemudahan pembayarannya, ada 1 titik hitam di dunia perbankan dalam menjalankan bisnis kartu kreditnya.
Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya selaku seorang yang suka melakukan pembelian online baik dalam negri ataupun luar negri. Gak masalah kalau melakukan transaksi online dengan kartu kredit untuk mata uang Rupiah. Tetapi, hati-hati dan waspadalah kalau menggunakannya untuk transaksi mata uang asing.
Sebagai contoh, saya terbiasa untuk membeli tiket penerbangan jurusan LN dengan menggunakan online booking via website maskapai tsb. Harga biasanya ditulis dalam USD. Singkat cerita, saya sudah OK in semua perintah dilayar monitor yang memberikan pengarahan pembayaran dengan kartu kredit. Pihak bank pun telah mengkorfimasikan pembelian saya via telp dan SMS dan menyebutkan nominal dalam mata uang Rupiah yg harus saya bayar nanti kalau billing nya sudah datang. Di layar monitor juga sudah muncul nominal Rupiah yang akan ditagihkan nantinya. Padahal saya beli tiket dalam USD, tetep aja konfirmasinya dalam IDR. Walaupun di konfirmasi dengan rupiah, kurs yang digunakan pun 5% lebih tinggi daripada kurs bank tertinggi saat itu. Contoh kurs BCA terhadap 1USD adalah Rp 11800, maka kurs untuk transaksi online ini dianggap Rp 12390/1 USD. Kalikan saja dengan harga tiketnya. Wow sekali jumlah kenaikannya.
Masalah nilai kurs yang berlipat ini belum selesai, karena ternyata Bank tidak segera membukukan transaksi saya tsb di tanggal yang sama dengan tgl saya beli tiket. Misal saya beli tgl 15, lalu bank membukukan tgl 17, yang mana tgl 17 ini kurs rupiah melemah lagi terhadap dollar. Makin banyaklah jumlah Rupiah yang harus saya bayar.
Setelah komplain ke pihak airlines mereka tetap berpegang bahwa airline menagih tiket saya dalam mata uang USD sesuai harga tiket di web. Dan masalah kurs adalah masalah Bank penerbit kartu kredit yang saya pakai untuk beli tiket.
Setelah saya konfirmasikan dengan pihak bank, mereka bilang. kurs yang berlaku adalah kurs saat posting billing, bukan saat saya beli. Nah Lho.... kalau begitu ngapain bank sampai konfirmasi nominal pembelian saya dalam Rupiah saat saya beli tersebut. Saya anggap kan transaksi saya sudah selesai. Wong tiketnya sudah langsung masuk ke email saya saat itu juga.
Yang saya curigai adalah ini adalah strategi licik bank untuk mengeruk untung dari nasabah. Pertama: kurs saat beli saja sudah dinaikkan 5% dari kurs tertinggi saat itu. Kedua: tgl posting billing seperti dipilih tanggal posisi kurs tertinggi dalam seminggu. Lalu dinaikkan lagi 5%.
Kejadian ini bukan sekali terjadi di saya. Selain beli tiket pesawat, saya juga beli tiket2 lainnya di LN misal KA, tempat wisata, dll, agar perjalanan menjadi mudah.
Saya merasa sia2 komplain ke pihak Bank mengenai hal ini. Sepertinya ini adalah cara mereka mencari untung. Namun caranya tidak fair. Karena tidak transparan dan nasabah tidak diberitahu aturan jelas mengenai kurs yang dipakai. Nasabah harus terima nasib saja kalau "diketok" harga kurs oleh Bank. Rasanya seperti belanja di suatu tempat dan tertipu karena harga yg harus dibayar ga sesuai sama yang di-iklankan.
Atau adakah teman2 lain yang punya pengalaman serupa dengan saya dan sudah ada cara mengatasinya?