Mohon tunggu...
Yosi Octafred
Yosi Octafred Mohon Tunggu... Freelancer - Just Share #GoodNews

Discover Dream Design Destiny

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah Nuansa Timur Tengah di Gereja

13 Juni 2019   05:30 Diperbarui: 13 Juni 2019   05:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bertepatan dengan perayaan Minggu Trinitas oleh berbagai gereja di seluruh dunia pada 16 Juni 2019 mendatang, GKRI Diaspora Copylas (GKRIDC) akan menggelar ibadah bernuansa Timur Tengah dengan maksud untuk memperkenalkan tradisi dan liturgi gereja-gereja yang ada di negeri seribu satu malam itu.

Berdasarkan laporan tim yang dibentuk oleh Kementerian Luar Negeri Inggris, jumlah penganut Kristen di Timur Tengah berkurang drastis, bahkan nyaris "punah". Sementara, masih banyak orang Kristen di Indonesia yang tidak begitu mengenal keberadaan umat Kristen di Timur Tengah.

Ibadah bernuansa Timur Tengah ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa solidaritas sebagai sesama murid Kristus sekaligus mengenal lebih dalam kekristenan di Timur Tengah.

Melalui ibadah bernuansa Timur Tengah ini juga, jemaat akan diperkenalkan dengan liturgi, termasuk doa-doa dan puji-pujian yang menggunakan bahasa Ibrani, Syria dan Arab.

Bahasa Ibrani merupakan bahasa yang paling dominan digunakan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Bahasa ini juga yang dibaca Yesus dan murid-murid-Nya pada masa-masa awal lahirnya kekristenan. Sementara, bahasa Syria merupakan bahasa yang digunakan dalam Peshitta, Alkitab standar yang digunakan oleh gereja-gereja pada abad-abad awal Masehi di dalam wilayah kekaisaran Syria.

Bahasa Arab menjadi bahasa yang umum digunakan oleh orang-orang Kristen di Timur Tengah. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang juga diucapkan oleh murid-murid Yesus pada peristiwa Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:11).

Selama ini, bahasa Arab sering diidentikkan dengan agama Islam, padahal bahasa Arab juga banyak digunakan dalam liturgi-liturgi gereja di Timur Tengah. Dengan memperkenalkan bahasa Arab sebagai bahasa liturgi gereja, diharapkan jemaat bisa semakin terbuka wawasannya mengenai kekristenan mula-mula dalam hubungannya dengan Islam.

Ibadah nuansa Timur Tengah akan menggunakan liturgi yang lazim di GKRIDC dengan sentuhan musik gerejawi masa kini. [ ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun