Mohon tunggu...
Singgih Octafianto
Singgih Octafianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Singgih Octafianto, Male, 32. IT Sapien.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anyone Can Cook

5 Januari 2010   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ungkapan ini ada dilemparkan oleh Chef Gusteau dalam film Rattatouille yang dibintangi oleh seekor tikus imut. Sebagai seorang laki2 yang kerap di'paksa' membantu ibu di dapur, saya betul2 mengamini pendapat ini. Ini semua gara2 ibu saya yang mewajibkan anak2nya mengenal pekerjaan rumah tangga. Mencuci piring, baju, menyetrika, membersihkan rumah hingga memasak dikenalkan kepada anak-anaknya tidak peduli laki-laki atau perempuan. Dan ibu kalo menurut saya memang a great cook, meski banyak orang berkata pantas saja karena orang Cina pasti ahli memasak (ibu saya kebetulan keturunan). Well, itu tidak seluruhnya benar sih. Teman ibu banyak yang lebih pandai menciptakan huru hara di dapur daripada menciptakan maha karya tuh.

Salah satu kenangan masa kecil saya adalah ketika tante saya datang dari Jakarta, dan saya kemudian seperti biasa stand by di dapur untuk membantu ibu memasak. Ibu terbiasa menugasi saya menyiapkan bumbu, menugasi saya menghaluskan bumbu, memarut dan menyantan hingga menumis di awal. Biasanya, setelah tumisan selesai saya tuang ibu baru akan mengambil alih. Meskipun tidak seluruhnya saya ingat, rasanya inilah saat ibu mengajarkan untuk menakar bumbu yang akan digunakan.

Ketika akan menghaluskan bumbu, tante saya melarang dan berkata (dalam bahasa Jawa) "Kamu mau ngapain, nggak usah, sana pergi aja. Nanti bumbunya bau laki2." Ibu saya langsung membela "Eh, jangan begitu. Biarin aja, anak laki2 itu tenaganya lebih kuat. Kalo menghaluskan bumbu, justru ulekannya itu bisa halus sekali." Tante bengong tidak menyangka akan melakukan pembelaan terhadap saya "Oh, masa sih. Gitu ya, Yu" (bukan yuk yak yuk, yu itu potongan dari yayu, mbak dalam bahasa Jawa yang biasa digunakan dalam keluarga ibu).

Walhasil, dari pengalaman-pengalaman masa kecil inilah kemudian saya menjadi sering mencoba untuk memasak. Memang tidak banyak apa yang telah saya praktekkan, terlebih praktis kegiatan memasak bagi pekerja kelas bawah seperti saya menjadi sesuatu yang mahal (baca: pergi pagi pulang gelap, bukan lagi petang). Tetapi, kecintaan saya terhadap memasak tidak pudar karenanya. Bahkan ketika menyadari bahwa karya agung saya ternyata porak poranda dan sedikit menyimpang dari yang saya harapkan (err, mungkin lebih tepatnya kocar kacir sih). Tetapi tetap saja, di akhir pekan atau bahkan malam saya terkadang menyempatkan diri memasak untuk dibawa keesokan harinya ke kantor.

**

Saya pernah melempar topik ini di sebuah forum yang isinya lebih dari 80% adalah lelaki dan sama sekali tidak berhubungan dengan masak memasak. Saya tidak berharap threadnya ramai. Tetapi, dugaan saya salah karena yang pertama, wanita yang bergabung di forum tersebut antusias terhadap thread iseng saya. Kedua, tanpa saya sangka banyak yang kemudian para pria memposting resep-resep masakan yang pernah dibuatnya. Bahkan ada salah satu peserta yang menekuni hobi memasak dengan serius. Koleksi buku masakannya dari masakan tradisional hingga masakan Perancis.

Apa yang saya duga bahwa thread iseng ini akan sepi juga ternyata tidak berdasar karena saya lupa bahwa cukup banyak orang yang sedang hidup di luar negeri untuk menyelesaikan pendidikan. Bagi yang pernah hidup di luar negeri, katanya sih akan lebih 'dipaksa' untuk mandiri sehingga memasak menjadi satu kegiatan yang wajar dan normal. Wallahua'lam karena saya seumur hidup pulau di Indonesia saja baru dua yang saya jejak. Pulau Jawa yang sejak melek saya tinggali dan Bali yang saya tebus dengan harga Rp. 102.500,- di tahun 1995 sebagai mahar study tour semasa SMA.

Pengunjung setia Kompasiana, tertarik jugakah untuk bertukar strategi memasak? :p

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun