"Halo semua, namaku Petra, aku juga dari Universitas Parahyangan, salam kenal ya." tanpa malu-malu dia memperkenalkan dirinya.
"Bunga Desa ternyata bukan legenda" dalam batinku. Setelah sekian lama, aku bisa merasakan cinta, aku cukup penasaran dengannya, ingin berkenalan dengannya tapi tak tahu memulainya darimana. Saat itu aku menyesal tidak membawa handphoneku, memutar otak bagaimana berkenalan dengannya. Jalan pun ada, pemuda gereja yang menjadi panitia natal dan tahun baru pun mengajak kami bergabung bersama mereka untuk merayakan bersama.
Tentu saja sebagai orang yang baru bertemu aku menunggu kesempatan itu. Saat natal di Gereja bintang, tampak dia mengiringi musiknya. Aku tahu setelah ini ada kesempatan, tapi selalu saja ada halangan karena bagianku adalah dokumentasi. Akhirnya aku mendapat kesempatan saat menyambut tahun baru. Yah baru di tahun baru itulah aku menjadi orang gila baru, karena jatuh cinta dengannya.
Aku tak menyangka dia satu jurusan denganku, aku juga tak menyangka juga berkat informan rahasia, aku berhasil mendapatkan kontaknya dan berkomunikasi dengannya. Perasaan berdebar yang sudah lama tidak aku rasakan, aku rasakan lagi. Seolah-olah sekian lama aku menutup diri, hatiku terbuka oleh senyumnya yang tulus. Aku ingin menyampaikan perasaanku dengan segera. Cukup nekat tapi berhasil, meskipun menunggu lama seperti orang gila. Dia kuajak ke sebuah warung makan yang cukup sepi dan tidak ada siapa pun orang yang mengenaliku.
"Petra, ada yang ingin aku ungkapkan, aku cinta kamu...mau nggak kamu jadi calon istriku" aku mengeluarkan kata-kata super memalukan itu dari mulutku.
"Aku nggak nyangka kak Lingga bakal ungkapin perasaan dan itu gentle...tapi maaf aku nggak bisa menerima perasaan itu" tampak dia menolak dengan wajah yang tersipu malu.
Kami melanjutkan ngobrol ditengah suasana yang awkward itu, namun aku menerima keputusannya dan setidaknya tidak ada satu pun  teman KKN yang tahu, karena itu privasiku. Aku membayari makannya dan mengantarnya pulang, tentu saja dengan perasaan yang sedih dan bertekad untuk move on. Tapi, pada momen itulah seharusnya dia tidak berbuat baik padaku. Sejujurnya, setelah dua hari aku menyatakan cintaku, aku berangsur-angsur kembali ke diriku yang semula, namun ketika mendapatkan fotonya logikaku kalah dengan perasaanku. Aku tidak mau menjadi munafik, hal itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku gagal move on. Saat itu aku kira masih mendapatkan kesempatan.
Setelah KKN aku masih mengulang beberapa mata kuliah. Saat itulah momen itu menjadi gelap untukku. Saat aku tahu hari ulang tahunnya aku ingin memberinya hadiah, untuk menyemangatinya.Â
Hadiah itu aku desain sederhana dan mencetaknya menjadi sebuah mug, namun dia menjauh. Itu terjadi setelah aku makan bersamanya setelah kuliah selesai, aku memang mengatakan secara langsung. Aku sadar itu bukan hal baik baginya, namun aku ingin melihat senyumnya lagi, khusus untukku. Yah ekspetasi tidak sesuai realita, dia menjauhiku, membisu, dan bertingkah saling tak mengenal.
Uniknya secara tak sengaja kami ada disatu kelas, bisa dibayangkan situasi ini membuatku kesal. Aku masih agak bersyukur dia hadir dikuliah itu, jika gara-gara aku, itu akan membuatku merasa bersalah.Â
Rasanya aku ingin menjadi Deadpool untuk mengintrogasinya, tidak itu terlalu kejam, lebih tepatnya menusukkan pedang di dadaku di depannya, agar dia tahu sakitnya seperti itu. Jujur, situasi itu tidak membuatku lega sama sekali, aku lebih ingin mendengarnya jangan dekati aku lalu menamparku daripada mendiamkanku seperti ini.