Sebuah keberuntungan bagi Indonesia karena negaranya terletak di tengah-tengah garis khatulistiwa, menyebabkan Indonesia menjadi Negara tropis. Keadaan ini yang menyebabkan Indonesia memiliki beraneka macam tumbuhan dan tanaman herbal yang memiliki banyak kandungan tertentu. Tumbuhan dan tanaman ini biasa dimanfaatkan untuk menjadi berbagai macam olahan makanan sehat dan minuman sehat salah satunya minuman jamu yang memiliki sejarah tersendiri di Indonesia.
Mari Berkenalan dengan Jamu!
Siapa yang tidak pernah minum jamu? Kita semua pasti pernah setidaknya sekali dalam seumur hidup kita minum jamu, karena jamu sudah sangat lekat dengan identitas Indonesia.
Mungkin dulu biasanya kita bisa membeli jamu pada ibu-ibu penjual jamu gendongan yang membawa dagangannya dengan cara digendong dengan keranjang bambu dan sehelai kain bedong, namun seiring dengan semakin modernnya zaman, banyak juga yang mulai berjualan jamu dengan mengendarai sepeda atau motor. Bahkan jamu juga mulai diperdagangkan melalui media digital di internet.
Jamu, minuman tradisional yang memiliki berbagai jenis ramuan dari tanaman herbal dan sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram berjaya ini, hingga kini juga masih banyak dikonsumsi oleh banyak masyarakat Indonesia dari yang masih muda hingga yang sudah tua.
Orang-orang tidak segan mengkonsumsi jamu dengan berbagai macam tujuan, ada yang minum jamu untuk memperkuat daya tahan tubuh, ada yang minum jamu untuk menambah nafsu makan, ada juga yang minum jamu untuk mencegah ataupun menyembuhkan beragam penyakit.
Proses pengolahan jamu tidaklah rumit, bisa ditumbuk atau dihaluskan lalu sari dari tumbuhannya direbus menggunakan air, atau bisa juga dengan langsung direbus sehingga sari dan nutrisinya keluar dan siap diminum.
Namun proses pembuatan jamu tidak bisa juga dilakukan dengan sembarangan dan harus disesuaikan dengan karakteristik tanaman herbal yang digunakan, karena setiap nutrisi dan khasiat yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut bisa saja hilang jika kita salah mengambil teknik dalam melakukan proses pengolahan jamu dan justru mungkin malah akan dapat membahayakan tubuh, hii bahaya banget kan?
Kok namanya Jamu?
Apa kamu tahu? Ternyata nama jamu dipercaya berasal dari bahasa Jawa Kuno “jampi” atau “usodo” yang berarti, penyembuhan dengan ramuan obat-obatan ataupun doa-doa dan ajian.
Dilansir dari internet, bahwa Indonesia sudah memiliki kebiasaan meminum jamu sejak pertengahan tahun 15-16 M, namun istilah “jampi” lebih populer digunakan daripada kata “usodo” di kalangan keratin, maka dari itu nama jamu lebih popular disebutkan hingga saat ini. Pada masa itu juga, proses pembuatan jamu lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita sedangkan para kaum pria yang memanen tumbuhannya dari hutan.
Ternyata, bukti sejarah bahwa jamu sudah eksis sejak ratusan tahun yang lalu atau bahkan ribuan tahun periode kerajaan Hindu-Jawa adalah relief Karmawipangga yang terdapat pada Candi Borobudur. Relief tersebut memperlihatkan pahatan yang menggambarkan kebiasaan meracik jamu dengan cara ditumbuk menggunakan cobek dan ulekan.
Tidak hanya di Candi Borobudur, relief sejenis juga terdapat pada Candi Prambanan, Candi Brambang dan beberapa lokasi lainnya. Konon, jamu merupakan ramuan herbal yang menjadi rahasia di balik kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi- petinggi kerajaan pada masa tersebut. Jadi sesungguhnya khasiat minuman herbal semacam jamu ini tidak perlu diragukan lagi ya?
Meskipun jamu merupakan ramuan herbal asli Indonesia, kepopulerannya sempat menurun seiring dengan mulai masuknya ilmu kesehatan modern ke Indonesia.
Pada masa tersebut kampanye obat-obatan bersertifikat sedang meluas dan mulai mengubah pola pikir masyarakat Indonesia, sehingga minat terhadap jamu juga mulai menurun. Dikarenakan tidak ada penelitian lebih lanjut soal standar, sertifikat dan khasiat dari jamu itu sendiri, manfaat dari minuman jamu mulai dipertanyakan.
Perkembangan Jamu
Namun, tradisi minum jamu mulai kembali populer karena pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1940-an, mulai terbentuk komite Jamu Indonesia. Sejak saat itu, kepercayaan masyarakat terhatap khasiat dan manfaat dari jamu mulai kembali meningkat. Seiring berjalannya waktu, industri pengolahan jamu juga mulai berkembang.
Pada tahun 1974 hingga tahun 1990, perusahaan-perusahaan pemroduksi jamu mulai berkembang. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah juga banyak memberikan pembinaan-pembinaan kepada para pelaku industri jamu dan juga memberikan bantuan. Hal tersebut agar pelaku industri jamu dapat meningkatkan hasil produksi dan penjualannya.
Hasil dari dukungan pemerintah ini yaitu makin beragamnya jenis-jenis jamu yang dihasilkan, ada yang dikemas dalam bentuk pil, tablet, dan ada juga yang berbentuk bubuk instan yang mudah diseduh.
Jika kita telusuri dari sejarahnya, sangat disayangkan apabila minuman herbal seperti jamu ini menghilang dari Indonesia karena tergeser eksistensinya dengan minuman-minuman modern.
Meskipun jamu merupakan minuman yang bisa dikatakan kuno bukan berati minuman herbal seperti ini boleh digeser eksistensinya dari obat-obatan modern atau minuman-minuman modern yang tidak lebih sehat dari jamu dan minuman herbal lainnya seperti VCO yang ternyata berbeda dengan minyak kelapa. Jadi, mari kita mulai lagi budaya meminum jamu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H