Mohon tunggu...
Fauziah Zulfitri
Fauziah Zulfitri Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu, Professional Trainer dan Praktisi pengembangan SDM. Saat ini bekerja sebagai Executive di salah satu wahana bermain indoor bertaraf Internasional yang berlokasi di Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Story of Bakmi Bangka 38 (Repost the old article from my personal Blog)

5 November 2012   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Gue mah kagak mikirin rugi kalo ama pembeli. Gue kagak mau sembarangan ngasihnya. Makanya lu liat kan, mie gue enak punya, ayamnya banyak, baksonya daging semua gue kagak pakein kanji noh…mana murah lagi kan gue jualnya?”, katanya sambil nyengir-nyengir.

“Gue mah nyang penting lu-lu pada seneng, gue kagak itungan ama bahan nyang gue pake…”

“Sayurnya aja gue suruh cuci bersih-bersih. Gue marahin tuh anak-anak kalo pada kagak bersih kerjanya…”

Dari sini terlihat bahwa kepuasan konsumen adalah hal yang terpenting bagi si Encik. Tanpa perlu ikut training “ Service Excellent”, ia sudah menjalankannya secara sederhana. Mulai dari berusaha menjadi teman bagi pelanggannya, mendengarkan pendapat pelanggan dan memberikan kualitas produk yang terbaik bagi pelanggannya. Dan tak lupa pesan tempel setiap kami membayar di kasir yang diiringi dengan senyum lebarnya…”Kamsiah yaa… datang lagi yaaa….”. Kehangatan ini sungguh melekat buat saya pribadi dibanding ketika saya mengantri di sebuah bank asing dan hanya diberikan senyum jutek tanpa keikhlasan oleh teller-nya yang saya yakin sudah memegang sertfikat “Service Excellent”….

Keberadaan pegawai juga sangat diperhatikan oleh si Encik. Walaupun ia kelihatannya cerewet, perfeksionis dan nyinyir, tapi ia sangat sangat memperhatikan kesejahteraan mereka dan memperlakukan mereka layaknya keluarga sendiri.

“Gue mah kalo warung lagi rame anak-anak pasti gue kasi bonus, gue mah kagak pelit…”

“Kalau gue lagi bikin kue buat jualan nih, mereka pasti gue kasih tambahan juga…itu kan di luar kerjaan mereka jadi gue kasih tambahan lah… Kagak tega gue kan dia orang pada capek….”

Begitulah… Dengan kesederhanaannya, si Encik sudah menjalankan bisnisnya dengan baik, tanpa perlu “sekolahan”. Si Encik, mungkin hanya dengan berbekal naluri dan hati nuraninya, sangat memperhatikan pendapat pelanggan dan kepentingan anak buahnya.

Sebagai orang yang bergelut di dunia sumberdaya manusia yang banyak bersinggungan dengan masalah kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan, saya banyak menjadikan Encik sebagai contoh cara yang baik dalam memperlakukan manusia lain . Karena siapapun dia, apapun levelnya, semua orang ingin dianggap penting. Dan salah satu kunci utama dalam kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan adalah “make other people feel that they are a very important person”. Membuat pelanggan dan karyawan merasakan dirinya adalah orang penting dan dihargai akan sangat menyentuh mereka. Hal ini akan sangat membantu meningkatkan loyalitas pelanggan dan juga loyalitas karyawan.

Saya selalu percaya, setiap pertemuan dan pertemanan saya dengan siapapun juga akan memberikan tambahan “makanan” untuk jiwa dan pikiran saya. Kehangatan pertemanan dengan Encik, kemampuannya memikat kami dengan pelayananan pelanggan yang baik dan kebaikan hatinya dalam memperlakukan anak buahnya, mungkin buat orang lain sederhana, namun bagi saya sarat makna…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun