Mohon tunggu...
Panji Setiawan
Panji Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka ngopi, menulis dan bercanda, hidup adalah kebahagiaan, cie cie. Menulis di neajurnal.online, dejurnalis.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Keren! Ubah Sampah jadi Energi Alternatif Petasol di Desa Kasilib Wanadadi Banjarnegara

13 Januari 2025   08:58 Diperbarui: 13 Januari 2025   08:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Petasol, hasil inovasi bahan bakar ramah lingkungan dari sampah plastik oleh BSB di Kecamatan Wanadadi Banjarnegara


BANJARNEGARA -- Pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, menjadi tantangan yang semakin besar di berbagai daerah, termasuk Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara. Setiap hari, limbah yang berasal dari rumah tangga, pusat ekonomi, dan industri terus meningkat, sehingga membutuhkan solusi yang kreatif dan berkelanjutan.

Salah satu solusi yang dikembangkan adalah pengolahan sampah menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Bank Sampah Banjarnegara (BSB), yang berlokasi di Desa Kasilib, Kecamatan Wanadadi, telah berhasil mengembangkan inovasi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Dengan menggunakan mesin pirolisis dan metode pembakaran manual tanpa oksigen, BSB menciptakan produk bernama Petasol yang ramah lingkungan.

Budi Sutrisno Aji, pendiri BSB, menceritakan perjalanan awal inovasi ini kepada awak media pada Minggu (12/1/2025). "Kami awalnya hanya mengelola bank sampah, mengumpulkan sampah plastik dari beberapa desa dan melakukan sortir. Namun, kami menyadari bahwa pengelolaan sampah saja belum cukup untuk mendukung operasional. Kami merasa perlu menghasilkan produk yang bisa menopang kelangsungan usaha," ungkapnya.

Produk Petasol yang dihasilkan BSB kini telah menarik perhatian sejumlah investor dari dalam dan luar negeri. Namun, Budi menegaskan bahwa fokus utama mereka adalah pada pengembangan produk untuk pasar domestik. "Kami memang menerima minat dari beberapa negara, termasuk Malaysia, Belanda, Australia, dan Jepang. Namun, prioritas kami tetap mengembangkan produk ini di Indonesia," katanya.

Budi juga menjelaskan alasan di balik penggunaan teknologi manual dalam proses produksi. Ia mengungkapkan bahwa keputusan ini bertujuan untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal dan berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran di Banjarnegara. "Kami bisa saja menggunakan mesin otomatis, tetapi kami memilih cara manual untuk lebih memberdayakan masyarakat setempat dan menciptakan lapangan pekerjaan," tambahnya.

Selain itu, Budi menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sampah plastik. "Saat ini, Indonesia masih dalam proses transisi menuju penggunaan teknologi yang lebih otomatis. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan keterampilan masih sangat penting untuk kami," ujarnya.

Meskipun telah mencapai banyak hal, Budi menyadari bahwa perjalanan BSB tidak selalu mudah. Terdapat berbagai tantangan, termasuk keterbatasan solusi pengelolaan sampah plastik yang ada pada awalnya. "Pada awalnya, kami menemui berbagai kesulitan, terutama terkait solusi yang ditawarkan oleh beberapa pihak, yang lebih terbatas pada pembuatan kerajinan. Padahal, untuk jangka panjang, solusi tersebut belum cukup efektif," kenangnya.

Saat ini, BSB memiliki sekitar 8.000 nasabah yang aktif menyetor sampah plastik. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk dinas terkait, terus mendorong perkembangan BSB. "Kami sering diundang oleh Dinas Lingkungan Hidup dari luar daerah untuk berbagi pengalaman. Di Banjarnegara, kami mendapat dukungan penuh dari Dispermades sejak awal," ujarnya.

Sebagai bagian dari komunitas penggiat lingkungan, Budi berharap ada kebijakan yang lebih mendukung pengelolaan sampah plastik di tingkat daerah. "Kami berharap ada Peraturan Bupati (Perbup) yang mengatur pengelolaan sampah plastik, mengingat masalah ini semakin menjadi isu lingkungan yang penting di Banjarnegara," tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun