Mohon tunggu...
Panji Setiawan
Panji Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka ngopi, menulis dan bercanda, hidup adalah kebahagiaan, cie cie. Menulis di neajurnal.online, dejurnalis.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari ini dan Hari Depan

23 Juli 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini dan Hari Depan

kita berdiri di gerbang sebuah zaman yang penting, sebuah zaman keadaan ketika spirit bergerak maju dalam suatu lompatan, mentransendensikan bentuk yang sebelumnya dan mengubahnya menjadi bentuk baru. Seluruh massa dari representasi-representasi, konsep-konsep, ikatan sebelumnya yang mengaitkan dunia kita bersama pecahkan dan runtuh seperti sebuah gambaran mimpi. Sebuah fase barudimana spirit mempersiapkan dirinya sendiri. Filsafat, khususnya harus menyambut kedatangannya dan memperkenalkanya, sementara yang lain menentangnya tanpa daya, tetap berpegang pada masa lampau. (Hegel)

pertanyaan apakah yang pantas dan memang perlu diajukan untuk hari ini ? hari-hari dimana, yang digambarkan Hegel "sebuah kenyataan" yang berbeda dengan hari-hari kemarin, zaman kemarin dan kehidupan kemarin". hari ini, dimana kita hidup merupakan hari yang telah kita pahami, telah matang bahkan sejak hidup dan melihat dunia untuk pertama kali dalam proses kelahiran. kita lahir, sekaligus membawa kelupaan bawaan yang hampir secara pasti dimaklumi sebagai hal yang alami. hingga mengubur "pertanyaan mendasar kita tentang hidup dan seputar kehidupan. tidak sepeti pertanyaan dalam seleksi masuk perguruan tinggi atau sekadar mendaftar kerja disebuah perusahaan, ajuan pertanyaan tentang hidup merupakan hal yang sudah ditinggalkan banyak orang. sebut saja mereka yang ada dipinggiran Nusantara, diantara desa-desa terpencil dan di kota-kota, mereka ada dimana-mana, mereka adalah kita, yang dengan kehidupan mapan (artinya telah siap untuk dijalani), tak perlu mencari hal lain yang tampak "mistis" dan tidak masuk akal. disitulah, sebenarnya hal dibalik fakta tengah bekerja, dan sesuatu yang lain dari hidup yang hari ini dijalani tengah mempersiapkan dirinya muncul kepermukaan.
saya menyebutnya sebuah "keyakinan". dan keyakinan saya merupakan kenyataan yang tersembunyi dibalik susahnya hidup, kemiskinan, kesedihan, kebodohan, dan segala hal nyata yang dialami banyak orang. keyakinan menginginkan perubahan yang hampir persis digambarkan hegel dalam satu sisi yang lebih besar, sementara disisi lain, kadang harus bertentangan dengannya.

apa yang digambarkan Hegel ?
apa yang kita lihat hari ini, perubahan yang begitu cepat, dari primitif ke modern dan berubah lagi kemanapun kehendak takdir nyata, hanyalah sebagian dari tanda-tanda yang benar-benar mengisyaratkan kita untuk segera mengambil bagian. bagian dari perubahan, baik dengan jalan dirubah keaadan terlebih dahulu kemudian ikut mengambil peluang dari perubahan, maupun merubah dengan keyakinan sendiri yang sama-sekali terpisah dari keadaan. yang jelas kata kuncinya adalah "perubahan". jika menolak kodrat ini, mau tidak mau akan tergusur. menjadi serpihan terkecil dari kehidupan dan mungkin,bergelimang kesusahan.sebesar apapun angan-angan, cita-cita dan tujuan tanpa berpijak pada kenyataan adalah sama sintingnya dengan mendayung perahu digurun pasir.

untuk sementara waktu, lupakan saja apa yang disebut dengan imajinasi tanpa aplikasi. atau orasi tentang "pembebasan" yang hanya berpijak pada romantisme sejarah. karena, hari ini belum dicatat Manifestonya para pejuang dan sebagai rimba raya kehidupan, hari ini belum terjamah tangan-tangan intelektual dimasa lalu. atau jika pun sudah, ramalan mereka sama-sekali meleset dan harus kita terima dengan senang hati dan secara kompak berkata " mereka telah berakhir di tumpukan sejarah" dan kini, kita yang memulainya, dengan atau memperhatikan apa yang mereka ajarkan dahulu. berakhirnya sejarah, tak pernah berdampak pada pribadi secara langsung, atau berakhirnya perang-perang besar dan pertarungan ideologi, tak pernah berdampak secara riil di hidup kita hari ini. jadi, lupakan mitos besar yang menghantui, metanarasi dan segala bentuk-bentuk upaya mempersatukan berbagai pemikiran besar di dunia, karena hal tersebut telah terbantahkan sebelumnya dan memang fakta hari ini telah menunjukan hal berbeda, perbedaan itu karena kita, bukan hanya makhluk yang membaca, tetapi juga makhluk yang bertindak. tindakan kita hari ini tak akan mempermasalahkan apa yang sudah berlalu, dan mencoba menatap hari depan, dengan atau tanpa sejarah yang dituliskan. tanpa ideologi dan tanpa isme-isme selain ismenya kemajuan diri individu. pada akhirnya, sebagai penutup lembaran lama, dari kitab klasik ke kitab digital dan virtual dan semacamnya, dari tenaga manusia menjadi mesin dan ke tenaga manusia lagi, atas nama teknologi yang sanggup merubah hampir segalanya, termasuk cara pandang masa lalu, maka kita hari ini, tak bisa lagi memakai cara-cara lama untuk menyelesaikan hal-hal baru didepan mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun