Mohon tunggu...
Osa Aprilia
Osa Aprilia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

It is wonderful life..^_^

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Susahnya Nyari Buku di Kota Sebesar Ini

5 November 2013   04:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1383598889368538167




Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Tetapi keterbatasannya sumber buku di kota Sorong Papua Barat adalah masalah yang penting. Kebanyakan buku yang di jual di toko buku adalah novel dan komik. Tetapi buku untuk mendukung pendidikan sangatlah terbatas. Untuk menemukan buku-buku untuk mendukung dalam pembuatan karya ilmiah sederhana saja kita harus mencari secara online. Karena di toko buku sangat jarang buku-buku seperti itu. Padahal saat kita akan membuat sebuah karya ilmiah kita membutuhkan sebuah buku untuk referensi. Contoh kecil saja sewaktu saya mencari kamus English-Indonesian terbitan GM. Sangatlah sulit, Kalau ada juga itu bukan asli atau bisa di katakan Copast!. Kalau ada juga pasti harganya melangit (alias super mahal) Entah mengapa buku-buku pendidikan sangat sulit di cari.

Ada beberapa kemungkinan kita sangat sulit mendapatkan buku yang kita inginkan dengan mudah. Yang pertama, kemungkinan karena faktor geografis. Hal ini sangatlah mungkin karena pusat toko/penerbit buku ada di Jawa dan untuk memesan buku butuh waktu lama dan biaya yang banyak untuk sampai ke kota sorong. Yang kedua, kemungkinan besar karena sedikit peminat buku-buku tertentu makanya biasanya mereka hanya menyediakan satu di toko buku. Yang ketiga adalah toko buku di kota sorong ini bisa dihitung dengan jari. Karena toko buku yang menjual buku sekolah tidaklah banyak.

Tetapi sepertinya faktor utama yang mempengaruhi sedikitnya toko buku dan buku-buku pelajaran adalah karena minat untuk membaca sebagian besar orang sangatlah kecil. Mereka hanya suka menonton atau melakukan hal lain dari pada membaca. 9 dari 10 orang saat di Tanya seberapa banyak buku yang mereka baca dalam setahun. Mereka akan menjawab mungkin 1 atau 2 buku saja. Hal ini karena mereka beralasan tidak memiliki waktu untuk membaca.

Jangankan orang-orang biasa. Bahkan para pelajar saja sangat jarang belajar di rumah. Mereka lebih mementingkan bersosialisasi dengan teman-temannya alias nongkrong bareng. Semua hal ini pasti tidak hanya terjadi di kota sorong. Bahkan di kota-kota lain juga masih kita temukan masalah seperti ini. Keterbatasannya buku sangatlah menyusahkan para pelajar untuk bisa berkreasi dan berprestasi.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh pemerintah. Buku-buku di setiap perpustakaan sekolah dan kampus tidaklah lengkap. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah sangatlah memprihatinkan. Kebanyakan buku di perpustakaan adalah buku-buku lama/tua, dan terkadang tidak layak untuk di baca karena banyak yang lepas dari covernya. Dan yang paling di sayangkan adalah kebanyakan perpustakaan sekolah jarang di buka. Hal ini sangat lah di perlu di perhatikan. Bagaimana anak-anak mau membaca dan duduk di perpustkaan jika untuk masuk ke perpustakaan sekolah saja susah.

Masalah keterbatasannya buku tidak hanya dirasakan para pelajar saja bahkan para guru dan dosen kewalahan untuk mencari buku-buku yang relevan untuk mengajar. Para guru dan dosen harus memesan dari jawa untuk mendatangkan buku untuk mengajar para anak didiknya. Hal ini menyebabkan beberapa kesalahpahaman diantara para orang tua murid, mereka beranggapan guru menjual buku di peserta didiknya hanya untuk menambah pencarian uang. Padahal ini tidaklah benar. Jika para peserta didik tidak mempunyai buku mereka akan kesulitan untuk belajar dan tidak aka nada timbal balik antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Bukan hanya itu saja terkadang para peserta didik masih harus mencopy buku gurunya untuk belajar karena buku yang di gunakan sudah tidak di terbitkan lagi.Sehingga diharapkan kerjasama antara para orang tua murid untuk mendukung pendidikan anaknya. Tetapi guru juga bukan berarti boleh mengambi keuntungan sebanyak-banyaknya dari penjualan buku di sekolah. Kita juga harus melihat latar belakang keluarga peserta didik. Karena di kota sorong ini masih banyak orang yang tidak mampu.

Tetapi saya sangat salut kepada kesungguhan para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai di perguruan tinggi, hal ini tidak akan bisa dibalas dengan apapun. Sehingga para anak-anak sudah seharusnya sadar akan hal ini dan lebih giat lagi untuk menggapai prestasi yang gemilang sehigga kita bisa membanggakan orang tua kita kelak.

Saya pikir sekian dulu opini saya tentang pendidikan di kota sorong.

Biodata penulis

Nama: Osa Aprilia Dewi

Nim: 20100718064

Tempat Tanggal lahir: Sleman, 23 april 1992

Hobby: Menggambar, menjahit, memasak, menulis, dan nonton tv.

Pendidikan: SD Inpres 68 Sorong, SMP Negeri 9 Sorong, SMK Negeri 2 Sorong, Universitas Muhammadiyah Sorong (FKIP Bahasa Inggris)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun