"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki seorang pemuda" kata Tan Malaka. Apa artinya pemuda jikalau tak punya idealisme. Tapi, apa idealisme hanya berlaku ketika masa pemuda/mahasiswa. kita tentu mengenal nama-nama anggota Dewan atau yang sedang menjadi pemipin partai yang semasa mahasiswa menjadi aktivis yang tentunya memiliki idealisme yang tinggi.Â
Mereka selalu mengkritrik penguasa yang dinilai terlibat korupsi, kolusi, Nepotisme pada zamannya, mereka selalu demo jika ada kebijakan yang dinilai memberatkan rakyat ataupun mencekik rakyat. Mereka berorasi dengan berapi-api mengasnamakan rakyat, membela rakyat. Â Tetapi, setelah mereka lulus, apakah idealisme masih berlaku? Apa hal yang mereka permasalahkan dapat mereka selesaikan, apa kepicikan yang mereka benci dapat mereka redam, nampaknya setelah mereka masuk dalam sistem yang bernama kekuasaan sama saja seperti yang mereka benci dulu, KKN masih menjamur malah makin meluas dan parahnya mereka menjadi pelaku.
Banyak yang mengatakan bahwa periode mahasiswa ialah periode dimana idealisme dijunjung tinggi, mereka menolak segala hal yang bersebrangan dengan nilai atau prinsip yang mereka pegang. Setelah periode mahasiswa berakhir, nampaknya idealisme mulai kendur.
Banyak hal yang dapat berpengaruh tentang idealisme yang mulai luntur, salah satunya tentang sistem yang lama terbentuk. Dalam artian sistem yang sudah terbentuk ini yang membuat idealisme meluntur, bahkan ada yang mengatakan "jika masih idealis, siap-siap dicopot jabatannya". Sistem yang memaksa seorang idealis harus berubah menjadi pragmatis, jika masih idealis siap-siap saja terlempar ataupun dikeluarkan. Sistem yang  memaksa harus tunduk pada atasan ataupun penguasa, apapun perintahnya harus dilaksanakan. Walaupun, perintah tersebut melanggar batas. Banyak tekanan yang dihadapi jika masuk dalam "black circle" yang bernama sistem tersebut. Belum lagi harus berhadapan dengan para "mafia" yang menguasai sistem tersebut.
Selain itu, faktor perut menjadi alasan mengapa orang yang dulunya idealis berubah menjadi seorang yang lapar akan "proyek" ataupun menjadi pragmatis. Dunia memang kejam, seorang yang tidak kerja, tidak bisa makan, seorang yang tidak makan akan mati, itu hukum alam, dan kita harus menerimanya.Â
Seseorang yang belum selesai dengan urusan perut akan menjadi buas, seorang yang lapar akan mencari makan dari mana saja, tak perduli dari mana dan dari siapa. Sampai-sampai hal yang prinsipil mereka korbankan demi sesuap nasi. Itu merupakan pilihan yang mereka ambil, jikalau mereka masih bersikap idealis, bisa saja mereka masih berkutat dengan kelaparan dan juga kemiskinan.
Setelah periode mahasiswa selesai, seorang sarjana harus berhadapan dengan mindset mengenai "pekerjaan", terima tak terima, siap tak siap para sarjana akan berhadapan dengan mindset tersebut. Para orang tua mempunyai harapan besar akan kesuksesan anaknya, dan tolak ukur sukses di mata orang tua yang terbentuk dari mindset lingkungan, tak jauh-jauh dari pekerjaan mapan, gaji tinggi, punya jabatan tinggi. hal ini yang menjadi semacam ancaman ataupun acuan bahkan dorongan.Â
Ancaman untuk mereka yang masih bingung setelah lulus kuliah masih menganggur disatu sisi harus berhadapan dengan mindset masyarakat mengenai penganggurnya seorang sarjana, menjadi acuan untuk mereka yang sedang memulai. Singkatnya keinginan orang tua yang ingin anaknya yang sarjana mendapatkan pekerjaan yang layak dan jabatan tinggi. dan sarjana tersebut harus melaksanakan keinginan tersebut.Â
Bagaimanapun caranya mereka harus mendapatkan itu. Berbagai cara mereka lakukan mulai dari Menjilat penguasa ataupun orang yang memiliki kekuasaan strategis dengan harapan mendapatkan jatah kursi ataupun posisi, walaupun penguasa tersebut melakukan hal yang tidak sesuai aturan, mereka tetap membela dan mendukung. Hal berbeda yang mereka lakukan dari masa mahasiswa dulu.
Berbicara tentang idealisme artinya berbicara keteguhan dan menolak segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang selalu dijaga. Ketika nilai yang dijaga tergoda dengan uang, jabatan ataupun wanita, maka idealisme sudah luntur. Banyak hal yang dapat melunturkan idealisme yakni sistem yang akut yang memaksa seseorang harus mengikutinya, faktor perut, dan faktor keinginan untuk berkuasa. Apapun itu Idealisme merupakan hal termewah yang hanya dimiliki seorang pemuda/mahasiwa. Sesudah periode mahasiswa berakhir idealisme merupakan hal termewah yang dimiliki pemuda/mahasiswa, tetapi dalam urutan yang kesekian dan bukan menjadi hal yang utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H