Karena itu, yang dituntut dari padanya adalah keterlibatannya yang aktif dalam setiap kegiatan, rutinitas, dan pengalaman harian umat.
Sebagai bentuk tanggapan konkrit atas program hari Minggu misi ini, para frater dari wisma St. Arnoldus Janssen-Ledalero memilih daerah Geliting sebagai locus dan sasaran misinya adalah saudara dan saudari Muslim.Â
Ada cukup banyak kegiatan yang dilakukan oleh para frater bersama umat muslim di Geliting, di antaranya: Sosialisasi tentang masalah perdagangan manusia (Human Trafficking) dan HIV dan AIDS, bakti sosial di Pemakaman Islam Geliting, membersihkan sampah baik di sepanjang jalan depan pasar maupun di pesisir pantai Geliting, pertandingan persahabatan, dan kegiatan Lailatul Sahabah (malam persahabatan).
Ada satu hal yang sangat menarik dari kegiatan ini, khususnya pada saat Lailatul Sahabah. Acara-acara yang dipentaskan di panggung tidak dimonopoli oleh acara dari para frater, tetapi ditampilkan juga acara dan kreativitas dari umat Muslim dengan menampilkan gaya dan kekhasannya tersendiri.Â
Dari setiap mata acara yang dipentaskan itu sungguh nyata terlihat betapa kerukunan antarumat beragama, khususnya relasi antara agama Katolik dengan agama Islam itu sangat indah mempesona.
Makna Dialog
Sebagai insan beragama, kita tentunya mengafirmasi pernyataan bahwa semua agama mengajarkan tentang keadilan, perdamaian, kesetiakawanan, bela rasa, dan kasih.Â
Namun, kita juga perlu rendah hati menerima kanyataan bahwa sejarah memperlihatkan ada sekian banyak permusuhan, kebencian, pertikaian, dan peperangan yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai agama itu. Beberapa faktor pemicu yang perlu disebutkan di sini, yaitu: faktor sosial, politik, ras, dll.Â
Jika ditilik dari posisi agama, kejanggalan-kejanggalan (baca: kegelisahan) itu terjadi karena para penganut agama bersangkutan cenderung memutlakan agama, seolah-olah agama itu memiliki seluruh kebenaran dan keselamatan.Â
Sebaliknya, ketika kita mengakui bahwa Pemerintahan Allah jauh lebih besar dari agama mana pun di seantero jagat ini, dan bahwa orang-orang lain pun dalam satu dan lain cara telah mengalami kasih Allah, maka kita mestinya lebih terbuka pada dialog dan kerja sama (bdk. Leo Kleden, dalam Misi Untuk Abad ke-21, hlm. 280).Â
Atas dasar itu, maka saya sepantasnya memetik beberapa hal atau makna penting dari kegiatan para frater bersama umat Muslim di Geliting.