Mohon tunggu...
Octavianus Budi Santosa
Octavianus Budi Santosa Mohon Tunggu... Apoteker - Mahasiswa Prodi S2 Farmasi

Praktisi Farmasi Industri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Potensi Pemanfaatan Barcode Pada Produk Farmasi

28 Juni 2019   09:43 Diperbarui: 28 Juni 2019   10:03 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam kehidupan sehari-hari, barcode sudah lazim ditemui. Hampir semua produk mencantumkan barcode dikemasannya. Tak terkecuali dengan produk-produk kesehatan seperti obat, suplemen makanan, jamu, kosmetika, dan lain-lain. Di bidang retail barcode lazimnya digunakan pada saat transaksi pembelian. Misalnya, pada saat pembeli akan melakukan pembayaran di kasir, maka barang yang dibeli akan dipindai oleh kasir dan akan langsung muncul informasi barang tersebut dilayar monitor beserta jumlah total yang harus dibayar. Bagi produsen atau distributor, penggunaan barcode bertujuan untuk memudahkan identifikasi dan pelacakan dari suatu produk oleh perusahaan. Dengan barcode, pekerjaan tersebut jauh lebih mudah dan lebih akurat karena semua data akan terbaca secara komputerisasi. Selain untuk identifikasi suatu produk dan penghitungan jumlah stok, barcode ini dapat berfungsi juga sebagai sumber informasi lainnya terkait produk tersebut.

Bentuk barcode umumnya berupa garis tebal tipis disertai dengan sederet angka dibawahnya. Barcode semacam ini disebut 1D barcode atau barcode satu dimensi. Namun sekarang ini juga dijumpai barcode dengan bentuk lain. Bentuknya tidak lagi berupa garis tebal tipis, tetapi berbentuk persegi (bujur sangkar) yang didalamnya berisi persegi - persegi kecil, dengan posisi terlihat acak. Walaupun demikian gambaran yang acak tersebut memiliki informasi yang spesifik, yang jika dipindai menggunakan software tertentu akan muncul informasi terkait produk tersebut. Inilah yang disebut dengan 2D barcode, sesuai namanya barcode ini bersifat 2 dimensi. Dikarenakan data dibaca secara vertikal dan horizontal 2D barcode memiliki keunggulan dibandingkan 1D barcode, yaitu dengan ukuran yang relatif lebih kecil dapat memuat informasi data yang lebih banyak. Dalam perkembangannya akan lebih sering ditemui apa yang disebut dengan Quick Response (QR) code, yaitu 2D barcode dengan ciri khas terdapat 3 persegi (bujur sangkar) dengan ukuran lebih besar dari persegi-persegi lainnya, yang terletak di 3 (tiga) sudut, yaitu di kedua sudut atas dan di sudut kiri bawah barcode. Sesuai namanya QR code memberi respon yang cepat setelah dipindai dan bisa digunakan dengan berbagai macam aplikasi (cross-platform). Pengembangan barcode juga sudah sampai ke 3D barcode. Barcode dicetak secara 3 dimensi dimana data tidak hanya dibaca secara vertikal dan horizontal layaknya 2D barcode, namun juga mengukur tinggi cetakannya yang berbeda antara persegi yang satu dengan yang lain. Selain dicetak secara 3 dimensi, bisa juga dicetak secara 2 dimensi dengan menggunakan tambahan warna sebagai dimensi ketiganya. Namun dalam aplikasinya, 3D barcode masih jarang ditemui.

Dalam bidang farmasi barcode berfungsi juga sebagai sumber informasi untuk mengecek apakah suatu produk farmasi itu memiliki ijin edar, masa berlaku ijin edar, batas kadaluarsa, serta keaslian produk. Sampai saat ini, sudah ada 13 negara yang mengimplementasikan 2D barcode ini ke dalam sistem distribusi produk farmasinya, antara lain Korea Selatan, Iran, Turki, China, India, Amerika Serikat, dan lain-lain.

Di Indonesia, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai pemegang otoritas di bidang pengawasan obat dan makanan, melalui Peraturan Badan POM No.33 Tahun 2018 tentang "Penerapan 2D Barcode dalam pengawasan Obat dan Makanan" telah memulai untuk mengimplementasikan 2D barcode ke setiap produk kefarmasian. Penerapan ini meliputi produk obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan pangan olahan yang diproduksi dan diedarkan di dalam negeri dan atau yang diimpor untuk diedarkan di wilayah Indonesia. Penerapan ini tentunya dilakukan secara bertahap karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga disesuaikan dengan kesiapan infrastruktur masing-masing stakeholder. Kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dengan ketersediaan sarana prasarana yang tidak sama di setiap daerah juga menjadi pertimbangan dalam penerapan sistem 2D Barcode ini pada produk kefarmasian.

Di era digital dan Internet of Things ini gawai (gadget) sudah jamak digunakan, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan, yang membedakan hanyalah ketersediaan jalur lebar (broadband) untuk akses internet. Kegiatan pindai memindai juga sudah jamak dilakukan, bahkan juga sudah jamak menggunakan QR code, misalnya ketika sesorang akan membagikan nomor whatsapp-nya, tidak lagi dengan menyebut nomornya satu persatu melainkkan cukup dengan membagikan QR code-nya untuk dipindai oleh si peminta lalu secara otomatis nomornya akan tercatat. Secara umum masyarakat sudah siap dengan implementasi 2D barcode ini, terutama generasi milenial, hanya mungkin untuk para orang tua atau orang-orang yang mengalami technologically-challenged ("gaptek") yang perlu diberi sosialisasi dan diedukasi tentang tatacara penggunaannya. Oleh karena itu, hanya tinggal menunggu waktu bagaimana implementasi 2D barcode di bidang farmasi ini dapat diterapkan secara menyeluruh.

Penerapan 2D barcode ini, khususnya dalam bidang produk kefarmasian, memberikan kemudahan akses informasi terkait produk farmasi. Terobosan implementasi 2D barcode ini juga dapat dimanfaatkan untuk memantau dan melacak produk-produk farmasi yang rawan disalahgunakan. Masyarakat luas dapat berperan aktif menjadi mitra pihak yang berwenang dan berwajib, dalam hal ini BPOM, dimana masyarakat dapat melakukan pelaporan tentang  penyalahgunaan produk farmasi dengan memanfaatkan teknologi 2D barcode ini. Di sisi lain masyarakat juga akan lebih terlindungi dari kemungkinan beredarnya produk-produk farmasi  palsu, yang tidak memiliki ijin edar, serta produk -- produk yang sudah kadaluarsa dan masih beredar di pasaran. Dengan berbekal telepon seluler dan penerapan teknologi 2D barcode, maka informasi terkait produk farmasi yang selama ini terbatas akan sangat mudah diperoleh.

Hal yang sangat menarik dan menantang adalah bahwa implementasi 2D barcode ini berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai sarana penyedia informasi penting lainnya. Misalnya, untuk memberi informasi ketersediaan produk tertentu beserta harganya, memuat informasi lokasi yang menjual produk tertentu berdasarkan lokasi si pemindai sehingga sangat memudahkan untuk mencari produk tersebut. Jika dikembangkan lagi, teknologi ini bisa juga dihubungkan dengan aplikasi layanan antar / delivery service untuk mendukung e-commerce, sehingga pada saat itu juga pelanggan dapat  langsung memesan produk tertentu .dari telepon seluler. Bagi pihak produsen, 2D barcode juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberi tautan ke beranda pada website perusahaannya, sehingga merupakan sarana iklan. Tentu saja semua gagasan -- gagasan penerapan 2D barcode ini perlu didukung oleh regulasi . Siapkah kita dengan penerapan teknologi 2D barcode ini di bidang produk kefarmasian? Tentu saja perlu kerja keras serta koordinasi yang baik antara pemegang otoritas dalam hal ini BPOM dengan para stakeholder, yaitu para pelaku industri farmasi, distribusi maupun retail produk farmasi (apotik, rumah sakit, toko obat, dan lain -- lain). Semoga implementasi teknologi 2D barcode di bidang produk kefarmasian dapat segera terwujud, sehingga berkontribusi dalam peningkatan derajad kesehatan masyarakat Indonesia.

Octavianus Budi Santosa, Mahasiswa Program Studi Magister Farmasi (S2) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Apoteker Praktisi Farmasi Industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun