Mohon tunggu...
Mahgrine Rasika
Mahgrine Rasika Mohon Tunggu... -

Maaf saya tidak bisa menulis dengan baik, apalagi menarik. Saya bukan jurnalis, saya juga bukan penulis apalagi guru tulis. Saya hanya ingin menulis.... :))

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Betapa Mesranya Antara Jakarta dan Macet

12 Januari 2010   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:30 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

'Trafic jam' atau kemacetan adalah hal yang sangat normal terjadi di kota-kota besar, apalagi kota Jakarta. Kota yang merupakan pusat administrasi negara dan pusat ekonomi negara. Jakarta dan macet adalah dua hal yang tak pernah terpisahkan selama ini. Kemacetan memang topik lama yang belum pernah terselesaikan tetapi hal itu tidak bisa dibiarkan secara terus menerus. Jakarta yang hanya memiliki luas sekitar 750 km persegi berpenduduk sekitar 8.8 juta (http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta).

Kepadatan setiap km persegi mencapai 11.733 . Angka tersebut menunjukkan betapa padatnya Jakarta. Belum lagi hampir setiap orang yang beraktivitas, memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Walaupun strategi pemerintah untuk jalur 'three in one' cukup membantu mengurangi kemacetan tetapi tidak sangatlah efektif. Strategi kedua pemerintah untuk mengajukan jam belajar anak sekolah hanya menggeser waktu kemacetan lebih awal.

Solusi-solusi yang diberikan oleh pemerintah kurang menyelesaikan inti permasalahan. Permasalahan yang sebenarnya adalah jumlah kendaraan pribadi yang terlalu banyak. Hampir semua orang menggunakan kendaraan pribadi. Penggunaan kendaraan pribadi bisa berkurang apabila masyarakat menggunakan sarana transportasi umum. Pertanyaan yang muncul adalah 'mengapa masyarakat enggan untuk menggunakan sarana transportasi umum?'. Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi, akan tetapi ada beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan :


  • Kenyamanan
  • Keamanan
  • Kebersihan
  • Ketepatan waktu (punctuality)
  • Kemudahan akses
  • Harga yang terjangkau

Jumlah kendaraan di Jakarta yang semakin beranak-pinak hendaknya ditangani. Mengapa pemerintah tidak menaikkan harga pajak untuk kendaraan pribadi dengan harga diatas harga tertentu? Mungkin saja hal ini bisa membantu mengurangi kemacetan di Jakarta.

Kenaikan harga pajak akan menimbulkan kontroversi tersendiri pastinya. Selain itu apabila pemerintah ingin mengambil jalan seperti hal di atas, hendaknya pemerintah membenahi sarana transportasi yang ada. Memasok sejumlah armada yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Tentunya memasukkan beberapa poin di atas yang akan menambah minat masyarakat pada sarana transportasi umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun